🐥 Nine 🐥

741 39 3
                                    

“Deandra, kok lo bisa pingsan kayak gini sih?” tanyaku setelah naik ke dalam bus dan mendapati Deandra yang tengah menyandarkan kepalanya ke jendela samping kursi kami.

“Gue panik Kei, terus tiba-tiba semuanya jadi gelap,” terang Deandra.

“Hmm maafin Kei ya?”

“Nggak papa kok, lo sendiri gimana?” tanya Deandra.

“Gue tadi hampir jatuh ke jurang karena premannya lempar gue ke sana, tapi untungnya ada Mr. David yang menyelamatkan gue.”

“Hah? Seriusan Kei? Tapi lo nggak papa kan?” Deandra terlihat langsung panik saat mendengar penjelasanku.

“Iya gue nggak papa kok, sekarang gue benar-benar tambah trauma sama preman.”

“Lo nggak usah terlalu takut, ada orang banyak yang melindungi lo Kei, Gavin contohnya.”

“Kalau gue nggak lagi sama Kak Gavin gimana?”

“Ada Mr. David yang tadi menyelamatkan lo kan? Terus kemarin Pak Alston juga menyelamatkan lo.”

“Kalau gue nggak lagi sama mereka?”

“Pasti ada orang yang selalu sama lo Kei,” aku menghembuskan napas kasar seraya memalingkan wajahku ke arah lain, lalu tak lama kemudian para teman-teman se-timku berhamburan masuk ke dalam bus pertanda sebentar lagi bus akan berjalan pulang menuju Universitas Batharayudha karena waktu juga sudah menunjukan pukul sepuluh malam, semoga saja cepat sampai rumah, sungguh aku sangat merindukan keluargaku.

🍒🍒🍒

Aku mengerjapkan mataku saat merasakan sebuah tepukan di pundak kiriku, samar-samar aku dapat melihat David yang tengah menatapku datar dengan kedua tangan yang sudah dilipat di depan dada.

“Ada apa lagi Sir? Kei masih ngantuk,” sungguh aku masih tidak bisa menahan rasa kantuk yang menyerangku saat ini, lagi pula penelitian juga sudah berakhir dan untuk apa dosen setengah menyebalkan ini membangunkanku? Sudah tahu kalau aku butuh istirahat masih saja diganggu.

“Kita sudah sampai, semuanya sudah turun dan pulang ke rumahnya masing-masing kecuali kamu sama Deandra,” what?? Oh shit! Mataku langsung terbuka sempurna lalu menoleh ke arah Deandra yang masih tertidur dan melihat ke sekelilingku yang bangkunya telah kosong, lelucon apakah ini? Mengapa dia membiarkanku tertinggal?

“Kenapa Sir nggak bangunin Kei dari tadi sih?” aku benar-benar kesal dengannya, kenapa sih baiknya cuma sebentar saja, lalu setelah itu kembali lagi menjadi menyebalkan? Coba lihat wajahnya yang selalu datar tanpa ekspresi itu, sangat pantas jika disebut sebagai monster.

“Kamu yang kebo, jangan salahin saya!” setelah mengucapkan hal itu David segera berbalik dan melangkahkan kakinya menuju pintu bus untuk turun keluar, sungguh menyebalkan bukan?

Dengan berdecak kesal aku membangunkan Deandra, mengguncang bahunya kuat agar cepat terbangun tanpa mempedulikan celotehan-celotehan yang akan keluar setelahnya, dengan cepat aku segera membereskan barangku, memasukannya asal ke dalam tas lalu turun ke bawah meninggalkan Deandra yang sudah terbangun dengan gerutunya.

Yang benar saja di bawah sudah sepi, ke mana para temanku? Apa mereka tega tidak membangunkanku terlebih dahulu dan langsung pulang begitu saja? Teman macam apa itu?

KEIZA✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang