🐥 Twelve 🐥

704 42 0
                                    

“Kamu hebat Keiza, bahkan selama dua hari kemarin kami gagal untuk mencari info tentang bakteri itu, tapi sekarang baru saja kamu ikut bergabung, kamu sudah menemukan banyak info tentang bakteri itu, kami tidak kepikiran sama sekali kalau jawabannya ada di ilmuan Prancis,” apakah ini memang benar-benar sungguhan? Seorang David yang dingin dapat berbicara banyak dan tersenyum kepadaku?

“Sir, ini benar-benar Mr. David kan? Bukan jin yang menjelma menjadi Mr. David?” kakiku berhenti melangkah sejenak dan diikuti olehnya, aku menatap matanya cukup dalam seraya tersenyum.

Dahinya mengernyit heran. “Ada apa lihat-lihat?” tanyanya yang membuatku tersadar lalu menggaruk tengkukku yang tidak terasa gatal sama sekali.

“Kagum aja sama Sir yang nggak dingin banget lagi,” terangku seraya menunduk, lalu dapat aku rasakan sebuah tarikan di daguku yang membuat aku mendongak dan menatap David sekali lagi.

“Sama guru pembimbing tidak boleh kagum apalagi baper,” ucapnya lalu menoel hidungku gemas, di sini aku tertegun kembali, dari mana dia bisa berbicara seperti itu? Setahuku seorang David merupakan es batu yang tidak akan mengeluarkan suaranya untuk mengucapkan kata itu, semoga saja dia berubah menjadi cair dan jangan ada salju lagi yang membuatnya kembali menjadi beku.

“Saya pulang dulu, tungguin Kakak kamu,” aku hanya mengangguk dan terus menatap kepergian David dari hadapanku menuju tempat mobilnya diparkirkan, ternyata sedikit demi sedikit dia banyak berubah, semoga saja dia bisa menjadi seperti Kak Gavin yang hangat kepadaku.

Setelah kepergian David, langsung saja aku membuka ponselku dan menelpon seseorang.

“Halo Ra? Ke kafe sembadra yuk, ada yang mau gue omongin.”

“Ngapain sih Kei? Gue lagi nonton drakor nih,” aku memutar bola mataku dengan malas, kebiasaan kalau diajak keluar pasti itu alasan yang Deandra berikan.

“Bisa dilanjutin nanti malam kan? Udah ah cepetan!”

Yayaya! Gue ke sana.”

Tut!

Akhirnya Deandra mau juga, semoga dia bisa membaca tentang perasaanku pada David saat ini, kalau menurut aku sih itu perwakilan dari es campur, pokoknya rasanya campur aduk, semuanya ada, dan itu hanya untuk David seorang, aneh.

🍒🍒🍒

“Sebenarnya ada apa sih Kei?” tanya Deandra yang langsung to the point, padahal dia baru saja sampai dan baru saja duduk di hadapanku.

“Minum dulu, sudah gue pesenin tuh khusus buat lo.”

“Habisnya lo ngeselin sih, ganggu orang lagi baper-bapernya!” ucap Deandra seraya meminum coffelatte miliknya, jangan lupakan juga bibirnya yang sudah cemberut layaknya anak kecil yang dilarang main game.

“Gue cuma mau cerita tentang perasaan gue sama dosen kutub.”

“Uhuk-uhuk!!” entah tersedak kodok atau kadal tiba-tiba Deandra terbatuk saat aku mengucapkan hal itu, tatapannya langsung beralih ke arahku.

“Pelan-pelan woyy!”

“Emang perasaan lo gimana Kei?” tanya Deandra.

“Gue juga nggak tahu Ra, yang gue rasain kayak es campur, kalau lagi deket tuh rasanya nyaman banget, terus kalau lihat matanya yang teduh itu kayak mau mati aja rasanya, jantungnya kayak hampir lepas, dan lagi nih, kalau gue jauh dari dia, gue tuh gelisah mulu, maunya stalking sosmednya dia dong, gue bingung Ra, sebenarnya perasaan apa sih ini?” terlihat Deandra hanya menggaruk tengkuknya yang aku yakini tidak gatal, lalu beralih untuk meminum coffelatte-nya kembali.

KEIZA✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang