🐥 Twenty One 🐥

542 33 1
                                    

Tiga puluh menit telah berlalu dalam suasana yang cukup hening, semua orang yang ada disana tidak membuka suara sedikitpun dan hanya fokus pada pekerjaannya masing-masing. tak terkecuali David dan juga Keiza, mereka juga terlihat sangat serius dengan David yang terus memperhatikan bintang Antaresnya sambil sesekali memberikan info kepada Keiza yang tengah sibuk mengetik laporan mereka.

"Gimana Kei? laporannya sudah beres?". Tanya David dengan mata yang masih sibuk dengan teleskopnya, karena tak kunjung mendapat jawaban akhirnya David pun menoleh ke arah Keiza, dan dia terkejut seketika saat melihat Keiza yang menangis tanpa suara sembari terus memegangi kepalanya, melihat hal itu sontak David langsung bangkit dan menghampiri Keiza untuk menanyakan apa yang terjadi padanya.

"Kei, kamu kenapa?". Tanya David lagi yang mampu mengundang perhatian semua orang yang ada disana.

"Loh Keiza kenapa?". Tanya Prof. Wijaya yang mulai mendekat.

"Kamu bentak ya Vid? Atau kamu cubit?". David yang mendengar ucapan dari Mr. Heru itu hanya membalasnya dengan tatapan dingin dan datar, ini bukan saatnya bermain-main ya.

"Sudah-sudah". Ucap bu Pratiwi yang mulai berjalan mendekati Keiza lalu merangkul pundaknya. "Kamu kenapa Kei?". Tanya bu Pratiwi lembut.

"Kepala saya sakit". Balas Keiza yang masih belum mau membuka matanya. Prof. Wijaya langsung bingung dibuatnya, besok pagi laporan tentang penelitian ini harus dikirim ke pusat bersama dengan bu Pratiwi, dan jika Keiza sakit, maka itu akan menyulitkan bagi mereka semua, karena Keiza lah yang sangat berbakat dalam mencari informasi-informasi yang sangat sulit ditemukan.

"Gimana ini Prof? Dia sakit". Ucap bu Pratiwi.

Prof. Wijaya menghela napas panjang.

"Apakah kamu masih kuat Kei?". Tanya Prof. Wijaya yang membuat David membulatkan matanya lebar-lebar, dia tidak menyangka jika Prof. Wijaya akan memaksa Keiza yang sedang tidak sehat demi kepentingan penelitian ini.

"Apa-apaan Prof? Prof mau paksa Kei untuk tetap bekerja? Dia sakit Prof, berilah dia kesempatan untuk istirahat". Sahut David yang membuat semua orang melongo.

"Tapi laporan ini harus segera di kumpulkan David, kita butuh bantuan Keiza".

"Prof, jangan mementingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan umum dong".

"Ini demi kepentingan tim kita Vid".

"Demi kepentingan tim kita tapi menyiksa salah satu dari tim kita?".

"Sir! Sudah! Kei kuat kok". Lerai Keiza yang masih memegangi kepalanya yang semakin terasa sakit karena mendengar perdebatan Prof. Wijaya dengan dosennya itu.

"Nggak Kei! Kamu harus istirahat!".

"Tapi mereka butuh Kei, sir".

"Mereka masih punya bu Pratiwi yang jauh lebih hebat Kei, ayo! Aku antarkan kamu pulang". Ucap David sembari menarik lengan Keiza untuk bangkit.

"Maaf, tapi kesehatan Keiza jauh lebih penting daripada penelitian ini". Setelah itu David langsung membawa Keiza turun dari rooftop dan mengantarnya untuk pulang ke rumahnya.

"Sir mau nganterin Kei pakai apa? Sir kan gak bawa mobil tadi". Tanya Keiza saat mereka telah sampai ditepi jalan.

"Kita naik taxi". Bertepatan dengan itu terlihat ada sebuah taxi yang lewat, sontak David langsung melambai-lambaikan tangannya yang membuat taxi itu berhenti di hadapan mereka.

"Naik". Pinta David, Keiza yang tampak masih kesakitan itu pun akhirnya naik ke dalam taxi disusul oleh David.

"Kamu boleh menyandarkan kepalamu dipundakku Kei". Entah mengapa saat melihat Keiza yang terus menyangga kepalanya menggunakan kedua tangannya membuat David merasa empati dan ingin mengurangi rasa sakit yang di alami Keiza saat ini.

KEIZA✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang