🐥 Five 🐥

931 51 3
                                    

“Ini Kak Gavin mana sih? Sudah satu jam lebih enam belas menit aku nunggu di sini, belum ada juga tanda-tanda dia datang, nomornya juga nggak aktif, benar-benar kakak laknat!”

Kakiku terus saja mondar-mandir di depan gerbang kampusku, ini dia lupa apa gimana sih? Tega sekali membiarkan adiknya menunggu lama, nanti kalau aku naik taksi terus dianya datang kan kasihan, terpaksa deh waiting.

Saat aku mulai bosan berdiri aku memilih untuk duduk di kursi tunggu yang sudah disediakan oleh kampus, bermain ponsel kelihatannya cukup seru, dibandingkan harus menunggu seseorang yang tidak kunjung datang.

Baru saja aku membuka aplikasi instagram, tiba-tiba ada tangan kekar berwarna hitam lengkap dengan bulu-bulu panjangnya serta gelang rante yang tebal menggenggam lengan tanganku erat membuat perasaanku menjadi tidak enak, aku pun mendongak dan ku dapati dua orang asing berada di dekatku, berambut gondrong, dan berpakaian layaknya seorang preman, siapa mereka?

“Maaf, kalian siapa?”

“Nona cantik nggak perlu takut, Abang cuma mau cium Neng kok.”

Plakkk!!

Satu tamparan maut berhasil mendarat tepat di pipi seorang preman itu, berani-beraninya dia berucap tidak sopan kepadaku!

“Galak amat Neng,” ucap preman lainnya.

“Berani banget kencur kayak gini nampar gue! Cepat bawa dia ke markas!” damn! Apakah hari ini akan menjadi hari terakhirku? Ataukah sesuatu yang amat berharga untukku akan mereka ambil? Kak Gavin! Tolongin Kei kak! Kei masih mau bahagia!!.

Aku terus memberontak di tengah dekapan mereka yang berusaha untuk membawaku naik ke dalam mobil mereka, semua cara telah aku lakukan, namun saat ini tenagaku sudah terkuras habis, aku tidak mampu untuk melawan mereka, harapan demi harapan muncul di benakku, semoga ada seseorang yang mau menolongku saat ini sebelum mereka membawaku ke tempat yang jauh.

Bugh!! Bugh!!

Gedubrakk!!

Jedug!!

Bruakk!!

Uadoohh!!

Aku menutup mataku menggunakan telapak tangan dengan segera, takut untuk melihat adegan seperti ini, aku menangis histeris di sana, badanku bergetar hebat, takut dengan berbagai hal yang akan terjadi setelah ini, bagaimana jika orang itu tidak berhasil untuk menyelamatkanku? Apakah aku tidak akan bisa untuk membahagiakan papa dan bunda?

Beberapa menit kemudian suara pertarungan tidak lagi terdengar di telinga, tetapi meski pun seperti itu aku masih saja senantiasa untuk menutup mataku dengan telapak tangan, takut jika orang yang berusaha menyelamatkanku akan kalah dengan preman-preman itu, tangisku masih saja tidak mau berhenti, hingga detik berikutnya ada sebuah sentuhan tangan di pundakku, aku mulai risau saat itu, apakah preman ini akan membawaku kembali?

“AAAAA!!!” teriakku kala itu juga, namun orang yang tadi menyentuh pundakku sekarang malah memelukku.

“Hei, ini aku,” mendengar kata itu aku segera mendongak dan bernapas lega setelahnya.

“Pak Alston?”

“Iya, kamu nggak papa kan?” tanpa menjawab pertanyaannya aku langsung berhambur ke pelukannya lagi, tidak peduli dengan ekspresinya saat ini, aku hanya butuh pelukan untuk memberiku ketenangan.

“Apa-apaan ini?” teriak seseorang yang ku yakini berjenis kelamin perempuan, sontak aku langsung melepas pelukanku.

“Sayang? Kenapa dia peluk-peluk kamu?” tanya perempuan itu.

KEIZA✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang