🐥 Eighteen 🐥

478 33 0
                                    

Plakkk!!

Satu tamparan maut mendarat tepat di pipi kanan seseorang, masalahnya yang di tampar Raya ini bukanlah suaminya, melainkan Keiza.
“Aww!!” ringis Keiza ketika merasakan pipinya yang begitu panas dan perih akibat tamparan maut yang diberikan oleh Raya, tak kuasa membalas, dia hanya memejamkan matanya seraya memegangi pipinya yang terasa sakit.

Melihat Keiza yang kesakitan seperti itu membuat Alston sangat marah dan geram pada istrinya, bisa-bisanya dia menyakiti Keiza seperti ini? “Raya! Apa-apaan ini?!”

“Itu semua belum sebanding dengan apa yang dia lakuin! Dia sudah merebut kamu dariku Alston! Buka mata kamu! Dia sudah menghancurkan rumah tangga kita!”

Alston menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan kelakuan istrinya yang terus-terusan mencari masalah. “Tutup mulut kamu! Kita selesaikan semua di rumah,” dengan cepat Alston meraih tangan Raya secara kasar dan membawanya keluar dari dalam toko buku ini meninggalkan Keiza sendirian.

“Gue benar-benar nggak habis pikir sama mereka,” ucap Keiza seraya menggelengkan kepalanya menatap kepergian Alston dan juga Raya, padahal sebelumnya dia sudah berusaha untuk menjauh dari Alston walau pun sebenarnya dia tidak ada hubungan apa-apa dengan Alston, namun entah mengapa kelihatannya Alston selalu berusaha mendekatinya, sehingga membuat istrinya marah dan malah mengincar Keiza untuk meluapkan amarahnya.

Keiza membuang napas kasar. Dia terlalu capek terlibat dalam urusan orang, dengan langkah panjang-panjang dia berjalan ke arah kasir untuk membayar semua buku yang dia beli, lalu setelahnya dia segera pergi menuju ke laboratorium untuk menyerahkan buku ini ke Prof. Wijaya.

🐰🐰🐰

Bruakk!!

Alston mendorong tubuh istrinya hingga membentur kursi dengan sangat keras. Satu bulir air mata berhasil lolos dari kelopak mata Raya, walau pun dirinya kesakitan dan hampir tidak berdaya karena suaminya yang terus menyakitinya sejak mereka sampai di rumah tadi, namun Raya tetap berusaha untuk bertahan, dia hanya ingin sebuah keadilan untuknya, dia ingin dicintai sepenuhnya, bukan hanya menjadi istri status dari seorang direktur ternama ini.

“Kenapa kamu bisa ada di sana?!!” bentak Alston seraya menarik dagu Raya dan menatapnya tajam.

Raya tersenyum miring. “Justru aku yang seharusnya bertanya! Kenapa kamu bisa pergi berdua sama pelakor itu?!”

“Berhenti sebut dia sebagai pelakor!”

“Tapi nyatanya dia itu pelakor!”

“Aku bilang berhenti!!” Raya terdiam seketika, serta isakannya mulai terdengar perlahan, mengapa dia harus menghadapi kehidupan yang begitu pahit seperti ini? Bahkan untuk merasakan sebuah cinta sejati, dia tidak pernah merasakannya, sampai kapan dia harus seperti ini?

“Apa kamu mencintai Keiza?” tanya Raya pelan, dia takut jika pertanyaannya itu malah semakin membuat Alston marah dan terus menyiksanya.

Alston tampak tersenyum miring seraya membalikkan tubuhnya memunggungi Raya yang masih tersungkur di dekat kursi ruang tamu. “Iya.” Raya tampak menggelengkan kepalanya kuat, air matanya mengalir semakin deras, hatinya seolah seperti diiris-iris dengan pisau yang tajam, begitu sakit dan juga perih.
“Keiza adalah perempuan yang aku idamkan selama ini, bukan seperti kamu!” imbuh Alston lagi, dan dengan air mata yang masih mengalir serta sisa-sisa tenaganya Raya pun mendekatkan tubuhnya ke arah Alston, perlahan dia memeluk kaki suaminya itu, entah kebodohan apa yang selanjutnya dia lakukan, sebegitu niatnya kah dia mempertahankan rumah tangga yang memang dari awal tidak pernah harmonis ini?

KEIZA✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang