41. Fight

1K 116 15
                                    

Krist merasa sudah sangat hilang akal. Berlari membabi-buta menelusuri koridor rumah sakit. Bahkan mengabaikan ponselnya yang tak sengaja terjatuh diatas lantai. Karena pikirannya benar-benar kalut saat ini.

Saat menelpon Nanon tadi, yang menjawabnya adalah Frank. Ponakan keduanya itu menangis terisak sembari mengatakan jika Nanon dilarikan ke ruang ICU setelah di temukan oleh petugas kebersihan, pingsan di tangga darurat.

Krist benar-benar merutuki dirinya. Sekali lagi dia melakukan hal bodoh. Mementingkan orang lain tanpa ingat bahwa ponakannya pun tidak dalam kondisi baik. Jika saja Krist lebih mementingkan Nanon, hal buruk ini tak akan terjadi.

Sesampainya di depan ruangan ICU, Krist sudah tak memiliki tenaga. Alhasil dia tersungkur begitu saja di lantai. Menangis kencang dengan nama Nanon terus terucap di bibirnya. Sampai dimana Frank dan Pluem memeluknya, Krist merasa sebagai kakak terburuk di dunia.

"Ini salahku. Jika saja aku tak meninggalkannya----"

"Ssstt~ Maidai. Ini memang sudah jalannya, Phi Krist. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri." Pluem berucap seperti itu sambil memeluk Krist dengan erat.

"Aku meninggalkan dia di tangga darurat itu, Nong! Aku mementingkan orang lain dan membiarkannya merasakan sakit itu sendiri! Aku benar-benar jahat!"

Pluem kali ini memilih diam. Dia tak akan mungkin bisa menyalahkan Krist. Karena yang di lakukan kakak sepupunya itu hanya naluri seorang Dokter. Nanon pun adalah pembohong yang baik. Tentu Krist tak tahu jika adiknya itu juga sedang merasakan kesakitan yang teramat pada tubuhnya.

Klek~

Tangis tiga bersaudara itu seketika lenyap mendengar suara pintu terbuka. Bukan berhenti, namun mereka menahannya agar suara Dokter Pui tak tersamarkan oleh tangis kencang mereka.

"Dokter, anakku." New yang ada di dekapan Tawan sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Jantungnya bahkan masih berdetak terlalu kencang sejak melihat bagaimana kondisi anaknya tadi.

"Organ limpa milik Nanon harus segera diangkat. Kita tidak bisa mempertahankannya lagi karena ukurannya semakin membesar. Akan fatal jika sampai pecah."

Tawan segera menahan tubuh New yang tumbang. Lelaki itu hampir saja kehilangan kesadarannya dengan meracau nama Nanon. Sesuatu yang benar-benar tak bisa mereka bayangkan. Jika Nanon harus kehilangan salah satu organ terpenting di tubuhnya. Dan hidup pria itu akan semakin dibatasi lebih dari ini.

"A-Aku ingin melihatnya. Bisakah?" Krist melepaskan pelukan kedua ponakannya. Menatap Dokter Pui memohon.

"Masuklah. Dia masih memiliki kesadaran walau sedikit. Dia pasti bisa mendengarmu dengan baik." Krist mengangguki ucapan Dokter Pui. Berusaha untuk bangkit dan berjalan terseok memasuki ruang ICU.

Air mata Krist kembali mengalir saat seorang perawat membantunya untuk memakai baju khusus pengunjung pasien ruang ICU. Ini adalah mimpi terburuk untuknya. Setelah tiga tahun tak melihat Nanon berada diruangan mengerikan ini, tapi sekarang semua hal buruk yang lalu kembali terulang.

Tanpa mengucapkan Terima kasih, Krist segera berjalan meninggalkan perawat yang selalu berjaga dibalik pintu ICU itu. Sampai dimana dia merasa sangat lemas saat berhasil membuka pintu dimana tubuh Nanon berada.

Kedua tangan pria bermata kucing itu segera mencari tumpuan agar dia tetap dalam posisi berdiri. Karena sungguh, kondisi Nanon saat ini membuat seluruh tubuhnya terasa tak bertulang. Bahkan kakinya sudah bergetar hebat.

"Tuan Krist, kau berkunjung?" sapa seorang perawat yang ditugaskan untuk menjaga Nanon.

Krist tak menjawab. Berusaha melangkahkan kakinya dengan susah payah mendekat pada Nanon. Dan di setiap langkahnya pun, Krist berdoa jika yang dialaminya itu hanyalah mimpi. Karena Krist benar-benar benci jika ponakannya kembali berbaring ditempat dingin nan menakutkan ini.

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang