10. Back to Home

2.2K 217 3
                                    

Frank berjalan gontai memasuki kamarnya. Merogoh Ponsel miliknya dan mengirimkan pesan pada New jika dia tidak akan pergi kerumah sakit lagi, malam ini.

Setelahnya dan pesan itu terkirim, Frank melempar ponsel miliknya ke Sembarang arah. Memilih berjalan memasuki kamar mandi.

Pria itu tertawa masam mengingat ucapan yang baru saja kakaknya ucapkan. Betapa sakitnya hati Pria itu ketika mengetahui sebuah fakta yang benar-benar tak terduga itu.

"Acute lymphoblastic leukemia, Nanon memilikinya."

Tidak akan ada seorang kakak yang akan baik-baik saja mendengar adiknya sakit. Terlebih penyakit itu bisa merenggut Nanon darinya. Frank adalah seorang kakak yang normal, yang akan merasa murka pada takdir ketika adiknya harus menerima sesuatu yang begitu berat.

Menyalakan shower, Frank mengguyur dirinya dengan air dingin. Merosot ke lantai ketika tangisnya mulai keluar. Dia sakit, hatinya sakit dan tidak bisa menerima semua kenyataan yang baru saja terjadi.

Kenapa harus adiknya? Anak itu sudah terlalu malang nasibnya yang sedari bayi sudah di buang Ibu kandungnya. Dan tanpa Ampun Tuhan masih saja memberinya kesulitan yang lebih besar. Terlebih usianya yang masih tujuh tahun, membuat masa-masa kanak-kanak terenggut.

"Brengsek!" Frank marah dan memukul dinding dengan sekuat tenaga hingga tangannya memerah. Dia meremas rambutnya sendiri, merasakan frustasi yang kakaknya kini sedang rasakan.

........

Sore ini, Nanon sudah boleh pulang kerumah setelah di rawat selama 2 hari. Tentu anak itu teramat sangat senang meninggalkan gedung bercat Putih yang menurutnya mengerikan itu.

Sesampainya di rumahnya, dia berpapasan dengan Frank yang juga hendak pergi ke kamarnya. Nanon merasa sangat rindu kepada kakak keduanya itu karena setelah Frank pamit pulang dan tidak pernah datang menjenguknya lagi selama Nanon di rawat. Hendak memeluk kakaknya, tapi ternyata Frank menolak.

Nanon tidak masalah akan  hal itu, dia mencoba tersenyum di tengah kekecewaannya. Lalu tak sengaja mendapati lengan kakaknya yang memar dan lecet. Ingin bertanya Karena khawatir, tapi Frank buru-buru pergi dari hadapannya.

Setelah kejadian itu Nanon tidak pernah lagi bertemu Frank walaupun satu rumah Dan kamar kakaknya itu bersebelahan dengan kamarnya.

Nanon yang di perintahkan untuk istirahat tidak bisa mengikuti makan malam di meja makan. Yang dia harapkan adalah Frank menghampiri kamarnya. Namun sampai pagi ini pria itu tak menampakan diri di hadapan Nanon. Apakah dia tak khawatir pada adiknya? Bukankah biasanya kakak keduanya itu yang paling protektif daripada yang lain.

Klek~

Bunyi pintu tersebut membuat Nanon antusias menoleh dengan senyuman lebarnya. Sangat berharap jika yang datang adalah Frank seperti biasa. Namun ketika melihat siapa yang berdiri di ambang pintu, senyumnya menghilang begitu saja.

"Papa bertanya, kau ingin makan di bawah atau di kamar?" tanya Pluem yang masih betah berdiri di ambang pintu.

"Di bawah saja." ujar Nanon lesu, mulai berjalan ke arah Pluem.

"Ada masalah apa dengan wajahmu?" tanya Pluem menutup pintu kamar Nanon. Lalu berjalan beriringan dengan adiknya menuruni tangga.

Sesampainya di ruang makan. Nanon tertegun hingga berhenti sejenak. Nanon melihat dimana Frank tidak duduk di sampingnya, melainkan berganti posisi dengan Pluem. Apa yang sebenarnya terjadi pada kakak keduanya itu.

"Nong-kub, Phi Frank ingin berganti posisi duduk. Jadi... " Pluem menggantungkan ucapannya ketika melihat wajah Nanon tersenyum dan duduk di tempatnya seperti biasa, menikmati makanan yang telah di siapkan.

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang