27. Anger

1.2K 107 6
                                    

Malam ini Pluem sedang berkunjung ke rumah Chimon karena undangan makan malam keluarga kekasihnya itu.

"Aku dengar kau akan segera lulus kuliah, Pluem'kub?" tanya Kitsakorn Kanogtorn pada kekasih anak sulungnya.

"Chai, paman."

"Apakah Nanon akan menghadiri acara kelulusanmu, Phi? Aku sudah jarang berkomunikasi dengan dia karena tampaknya dia sangat sibuk." ujar Ciize penasaran. Gadis itu pun sempat merasa kesal dengan sahabatnya yang sangat sulit dihubungi.

"Tentu saja datang. Acara kelulusanku dan Phi'Krist hanya berjarak tiga hari. Mungkin mereka akan mengambil izin selama satu minggu." ujar Pluem menerka-nerka.

"Apakah tidak terlalu sebentar? Mereka pasti lelah jika hanya tinggal selama kurang dari satu minggu." Chimon angkat bicara. Karena lelaki itu memang sudah menganggap semua adik Pluem sebagai adiknya.

"Kau tahu betapa gilanya mereka mengejar waktu untuk cepat lulus." ucap Pluem mendapat anggukan cepat dari Ciize

"Phi'Ohm bahkan pernah menangis karena dia harus tertinggal beberapa pelajaran dari Nanon." ujaran Ciize itu tentu mengundang tawa semua orang yang ada disana.

"Aku tidak paham dengan kepintaran Adikmu, Pluem'kub. Dia mirip seperti Newwie," ucap Kitsakorn memberi pendapat tentang kepintaran Nanon yang di luar nalar.

"Omong-omong, benarkah jika Krist akan memegang rumah sakit kakekmu setelah lulus?" tanya Kitsakorn dengan berita yang tersebar.

"Benar, paman." Jawab Pluem singkat.
"Papa. Lihatlah, Phi'Krist akan di berikan rumah sakit. Pluem akan di berikan perusahaan besar. Apakah kau tak ingin seperti Tuan Tawan?" tanya Chimon menaik-naikan alisnya kepada sang ayah. Berusaha meminta hadiah yang sama dengan kekasihnya karena diapun sebentar lagi akan melakukan acara kelulusan.

"Papa hanya punya satu perusahaan. Kau ingin memintanya? Lalu kau tega papa menjadi pengangguran?" mendengar ujaran Kitsakorn, Chimon memutar bola matanya jengah. Ayahnya memang tak bisa diharapkan.

.......

Tidak seperti biasanya, Nanon sore ini sampai terlebih dahulu di rumahnya. Karena Frank mengabarinya jika dia akan pulang larut malam karena tugas Lagi-lagi harus menyita waktu pria itu.

Menghembuskan nafas lelah, Nanon menghempaskan diri diatas sofa. Merogoh saku celananya dan mengecek apakah ada pesan atau telepon yang penting.

Ponsel itu memiliki banyak notifikasi pesan. Namun satupun tak ada yang berasal dari Krist. Entah kemana kakaknya itu, ini sudah berhari-hari dia tak menghubungi Nanon. Dan bertanya pada Frank pun, Krist ternyata melakukan hal yang sama.

Nanon membuka kontak Krist. Memandang ragu tombol dial disana. Ingin sekali mendengar suara Krist, tetapi selalu saja dia pulang larut malam.

Mengabaikan rasa ragu itu, Nanon akhirnya benar-benar mendial nomor ponsel Krist. Namun ternyata hanya operator yang menjawab jika ponsel kakaknya itu sedang tidak aktif. Membuat rasa kecewa Nanon mulai menumpuk dihatinya.

"Ada apa sebenarnya denganmu, Phi?" gumam Nanon sendu. Biasanya, Krist tak pernah absen untuk mengomelinya. Namun kali ini, dia benar-benar rindu dengan semua omelan kakak sepupunya itu.

"Ku harap kau baik-baik saja, Phi." ujar Nanon sembari menyenderkan tubuhnya. Mendongak, menatap lampu yang menyala cukup terang hingga menyakiti matanya.

"Aku sangat merindukanmu Phi. Semoga kita bisa menghabiskan waktu bersama dengan baik," Nanon memejamkan mata. Berharap dan tanpa sadar tertidur dengan posisi duduk di sofa ruang televisi itu.

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang