21. US

1.6K 139 6
                                    

"siapa yang menelpon, Nong?"

Gun hampir saja melompat dari tempatnya berdiri ketika Krist tiba-tiba bersuara. Padahal beberapa menit lalu Gun yakin jika Krist sudah sangat terlelap dalam tidurnya.

"Ah, ini Nanon." Jawab Gun sembari menyerahkan Ponsel itu pada Manatsanun

"Kau memberi tahu Nanon jika aku sakit?" Nada suara Krist sedikit meninggi.

"Mama memberi tahu Frank sebelumnya. Dan Nanon tahu dari Frank." jawab Gun setelah melirik Manatsanun yang kini meringis takut.
"Awwhh---"

Gun dan Manatsanun seketika mendekat pada Krist yang sedang menahan sakit di perutnya. Itu akibat dari dia yang terlalu keras bersuara, padahal Dokter sudah menyuruhnya untuk tidak berteriak dulu saat bicara.

"Kau ingin jahitannya robek, eoh?" omel Gun yang benar-benar kesal pada kelakuan kakaknya itu.

Krist membasahi bibirnya sembari mengatur nafas agar dapat meredakan rasa nyeri yang menyerang bekas jahitannya. Dia merasa begitu sial karena sempat mendapatkan usus buntu.

"Mama, kenapa kau memberi tahu mereka? Beban pikiran kedua anak itu sedang berat, kau pasti membuat pikiran mereka semakin pusing." Kali ini, suara Krist mulai memelan. Namun tak menghilangkan nada kesal pada sang Ibu.

"Eoh. Tadi saja Nanon ingin nekat datang ke sini. Tapi aku berhasil meyakinkannya jika kau baik-baik saja." ujar Gun membenarkan ucapan Krist.

Krist mulai gusar di tempat tidurnya. Dengan tangan mulai meraba ke sekitarnya untuk mencari benda pipih yang satu-satunya bisa menghubungkan dia dan Nanon saat ini.

Setelah menemukan ponsel puluhan juta itu, Krist segera mendial nomor ponsel Nanon. Namun dia harus mendesah kecewa karena yang menyahut hanyalah operator, bukan Nanon.

"kenapa ponsel anak Nakal itu tidak aktif?"

"Dia sedang menjadi panitia pameran. Pasti sangat sibuk," jawab Gun yang membuat semua mata tertuju padanya.

"Apa dia tidak bisa mengurangi kegiatannya? Padahal Mama sudah bilang pada New untuk mengingatkan Nanon supaya tidak terlalu aktif di sekolahnya." Manatsanun mulai mengeluarkan raut khawatir untuk cucunya yang jauh disana.

"Dua minggu lagi bukankah aku sudah sembuh total? Aku akan pergi ke sana."

"Nanon melarang kita untuk kesana beberapa bulan ini setelah tahu jika kau sakit." ujar Gun membuat kedua mata Krist membulat.

"Ah! Mana bisa aku tidak melihatnya dalam waktu yang lama?" Krist berseru tak terima.

"Kau sedang sakit, Phi Krist. Berlagaklah seperti orang sakit pada umumnya." gerutu Gun yang kesal melihat tingkah laku kakaknya. Padahal Pria itu baru saja menjalani operasi karena usus buntunya. Tapi Saat ini Krist tampak seperti orang sehat.

"Papa setuju dengan Nanon. Kau dan Gun sedang sangat sibuk. Jika terus berkunjung ke Thailand, kalian akan lebih sakit nantinya." nasehat Victor yang mampu membungkam Krist yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Krist. Jika sang Ayah sudah bicara, Krist tak akan berani melanggar.

.......

Frank berlari seperti orang kesetanan melewati koridor-koridor bersama seorang Pria di belakangnya. Dia saat ini sedang berada di gedung rumah sakit.

"Frank, pelankan langkahmu! Nanti kau terjatuh!" seru lelaki di belakang Frank itu. Drake Ledake namanya, kekasih setia Frank.

Namun Frank tak mengindahkan ucapan sang kekasih. Dia terus berlari hingga tiba di sebuah ruangan. Membuka pintu secara kasar, Frank mampu mengejutkan semua orang yang ada di dalam termasuk adiknya yang sedang menyeruput air hangat.

"Meung! Sudah ku bilang untuk terus meminum vitaminmu! Dasar Anak nakal!" Frank berseru dengan marah. Namun air matanya terus mengalir deras. Membuat Nanon menjadi merasa bersalah.

"Jangan marahi dia. Adikmu sedang sakit." Drake mengusap dahi Frank lembut. Menenangkan kekasihnya yang tampak emosi karena Nanon.

Pada awalnya, Frank dan Drake sedang menghabiskan waktu bersama di salah satu tempat wisata di Bangkok. Namun Frank mendapati telepon dari Pluem jika Nanon jatuh pingsan saat dia mengunjungi ruang pameran di sekolah. Frank tentu panik bukan main. Dua tahun ini dia sudah menjaga Nanon mati-matian, Namun hanya beberapa bukan terakhir dia merasa sudah kecolongan.

"Phi, aku hanya telat makan." Beritahu Nanon berharap Frank tak marah padanya lagi.

"Kau tahu sebetapa cemasnya aku, Nong-kub?" Frank semakin menangis, dengan merengkuh tubuh adiknya itu.

Dia benar-benar takut jika Nanon sudah jatuh sakit. Bayang-bayang mengerikan tiga tahun lalu membuat Frank merasa hampir gila.

"Aku tidak apa-apa. Percayalah padaku, Phi." Nanon membalas pelukan Frank. Menyandarkan kepalanya di dada sang kakak. Merasakan kehangatan yang di berikan Frank kepadanya.

Nanon tahu jika saat ini Frank sedang merasa trauma. Kejadian tiga tahun lalu pasti masih membekas dikepala Frank. Bagaimana Nanon hampir terenggut Oleh maut. Bagaimana dia hampir kehilangan Nanon untuk selamanya. Frank tak akan pernah bisa melupakan hal itu.

Seluruh keluarganya menatap Frank dan Nanon iba. Mungkin bukan hanya Frank yang masih trauma bahkan seluruh anggota keluarganya masih sangat trauma tentang kejadian tiga tahun silam itu.

"Kalau begitu, saya pamit pulang semuanya." Drake langsung pulang setelah berpamitan dengan keluarga Vihokratana itu.

........

Malam ini Tawan, New, Pluem dan Frank memilih untuk tidur di rumah sakit menemani Nanon. Anak bungsunya itu sudah tertidur, Begitupun juga dengan Pluem dan Frank yang memilih berbaring di salah satu sofa.

Tawan masih harus menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk. Sedangkan New tidak bisa tidur, sedari tadi sibuk memandangi serta sesekali mengelus wajah Nanon.

"Kau menangis?" Tawan bertanya saat tak sengaja mendengar isakan pelan dari Newwie. Segera dia menutup macbooknya dan beralih pada sang pujaan.

"Aku takut," ujar New serak.

"Kau jangan berpikir seperti itu, Nanon hanya kecapean saja. Besok juga sudah boleh pulang." Tawan yang mengerti dari ucapan New itu langsung menarik New kedalam pelukannya. Ada saat dimana mereka berdua merasakan takut jika terus-terusan dibawah bayang-bayang kejadian tiga tahun lalu. Tapi Tawan dan New selalu berpikiran positive pada anaknya sebagai orang tua. Mereka harus bisa mengontrolnya.

"Sekarang sudah malam, kau tidur ya." New hanya bisa mengangguk. Menatap jam dinding yang menunjukan pukul sebelas malam.

........

Ruang rawat mewah itu semula tampak hening. Sampai ketika Pluem yang baru saja terbangun dari tidurnya mendapati banyak sekali keringat di wajah Nanon serta rautnya yang gelisah.

"Nong-kub, bangunlah." dengan rasa khawatir, Pluem menggoyahkan bahu Nanon berharap adiknya itu segera membuka mata.

Dan beberapa detik kemudian, kedua mata Nanon membuka secara mendadak. Lalu tangannya bergerak untuk Memijat kepala yang tiba-tiba sakit.

"Phi-kub, Papa dan Daddy kemana?" tanya Nanon pelan.

"Papa dan Daddy sedang pulang mengambil baju ganti untukmu,"

"Kalau Phi Frank?" tanyanya lagi.

"Dia juga sedang pergi ke sekolahnya, karena harus ada kuis hari ini." Nanon mengangguk paham mendengar jawaban dari Pluem. Kepalanya terasa semakin berdenyut. Dan dia hanya bisa memejamkan mata.

"Kepalamu sakit?" tanya Pluem panik. Bergerak untuk memijat pelipis Nanon.

TBC-

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang