63. Dolphin

906 107 3
                                    

Pria berambut hitam itu mengusap lengannya karena rasa dingin angin malam yang menusuk. Memandang langit malam dari balkon kamarnya. Walau tak ada bintang yang terlihat satu pun, entah mengapa Ohm tetap merasa tenang melihatnya.

"Oho," segelas wine yang di sodorkan Drake membuat Ohm harus berhenti untuk menatap langit malam kelabu itu.

Drake memang memutuskan datang ke Chiangmai mengunjungi Apart milik Ohm yang sedang melakukan Study banding di kampusnya. Mereka memang membutuhkan satu sama lain untuk sekedar mengusir kesepian. Karena nyatanya Ohm selalu merasa kesepian karena Nanon tak ikut bersamanya.

"Drake-kub, apa Frank menghubungimu?" tanya Ohm dengan raut wajah gelisah.

"Kenapa?" Drake memilih tak langsung menjawab. Dia penasaran mengapa Ohm menanyakan kekasihnya.

"Ada yang aneh. Aku berusaha menghubungi Nanon untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi ponselnya tidak aktif. Bahkan aku menghubungi semua orang, tidak ada yang menerima panggilanku."

Ohm menatap segelas wine yang ada di tangannya. Hari ini dia benar-benar merasa tidak tenang. Kekasihnya tidak ada kabar sama sekali. Terlebih semua orang pun seakan tak memiliki ponsel hingga terus mengabaikan panggilan Ohm.

"Frank bilang, keluarganya pergi ke Phuket untuk merayakan ulang tahun Nanon." Sahut Drake mengedikkan bahu acuh. Nyatanya sang kekasih memang mengatakan itu.

"Chingo? Apakah Nanon sudah bisa keluar dari rumah?" tanya Ohm antusias. Seketika rasa cemasnya menguap begitu saja.

Lelaki itu masih merasa cukup buruk karena meninggalkan Nanon disaat pria itu berada di titik terburuk. Jika semua orang tak memaksanya dan tidak ada penilaian untuk nilai ujiannya, tentu Ohm akan menemani Nanon selama apa pun. Dan mendengar kekasihnya itu sudah bebas dari rumah sakit, Ohm merasa sangat bahagia.

"Meung! Bukankah beberapa hari lalu kau berbicara dengan Nanon melalui ponsel sampai dua jam penuh? Kau pasti tahu keadaannya sudah membaik." Omel Drake kesal. Dia memang selalu muak ketika melihat Ohm yang tampak tergila-gila dengan Nanon.

"Chai. Aku lega jika dia sudah lebih baik." gumam Ohm yang setelah itu meneguk habis wine di tangannya.

........

Pria itu hanya mampu menekan dadanya kuat untuk meredakan rasa sakit yang menyerang. Nanon tidak mengerti, padahal dia sudah memakai nasal canula untuk membantunya bernapas tapi dia masih saja merasakan sesak.

Sejak sadar, Nanon memang merasakan ada yang aneh. Napasnya akan terasa berat ketika dia tak menggunakan alat pernapasan. Semua orang pun tak ada yang memberitahunya tentang penyebab hal itu.

Menghela napas, Nanon melirik ponsel yang lagi-lagi bergetar diatas meja nakas. Dia tahu siapa yang menghubunginya sekarang. Itu adalah panggilan Ohm yang entah keberapa ribu kali.

Sedari kemarin Ohm terus saja menerornya melalui telepon. Tapi karena kondisi Nanon yang tak memungkinkan, dia terpaksa mengabaikan kekasihnya itu.

Nanon tidak mau Ohm khawatir padanya. Karena dia tahu, apa yang akan Ohm lakukan ketika tahu kemarin kondisi Nanon kembali menurun. Dia bahkan menyuruh Ciize dan Frank untuk berbohong.

Setidaknya, Nanon akan menghubungi Ohm saat selang pernapasan di hidungnya itu sudah bisa di lepas. Dia terlalu takut, jika Ohm membuang waktu berharganya demi Nanon.

"Sawadee-khub, Nanon-kub."

Nanon tersentak dan spontan menatap kearah ambang pintu. Dimana kini Aj berdiri dengan wajah yang tak pucat lagi. Yang berarti pria itu sudah tak merasakan sakit yang selama ini terus menghujaminya tanpa henti.

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang