33. Confused

1.1K 120 7
                                    

Sedari kecil, dunia membentuknya menjadi pria dengan beribu masalah hidup. Tapi satu yang tak pernah bisa Nanon hindari, yaitu ke putus asaan. Dia benar-benar lemah ketika merasa sudah diambang batas.

Ingin marah. Namun pada siapa? Disini tak ada yang salah satu orang pun. Hanya takdir yang terus saja menghujaminya dengan ujian. Yang perlahan mengikis harapan Nanon di masa depan.

Dua tahun adalah waktu yang di berikan oleh takdir untuk Nanon hidup bebas. Namun satu pun tak ada yang bisa dia banggakan. Nanon terlalu terhanyut dengan kebaikan Tuhan, tanpa tahu jika hal buruk sedang mengincar. Tanpa ingat jika roda Kehidupan terus berputar. Berada di bawah, kemudian di atas, hingga kembali turun ke bawah.

"Kau.... Hidup dengan baik kan?" itu adalah pertanyaan yang Fiat layangkan padanya saat Nanon berkunjung ke sebuah taman. Karena Nanon sempat menanyakan perihal mimpi yang dialami Fiat hingga membuatnya mengalahkan egonya hanya untuk meminta maaf pada Nanon.

"Aku..... Bermimpi jika kau sedang sekarat Nanon. Itu sangat mengerikan, hingga aku tak bisa menghilangkan bayang-bayangnya."

Saat itu Nanon hanya meresponnya dengan tawa ringan. Menenangkan Fiat jika mimpi adalah bunga tidur. Tapi Fiat terus bersikeras, jika mimpi itu tampak sangat nyata. Bahkan terus menghantui Fiat.

"kau bilang, kau kesakitan. Kau bilang, kau tidak sanggup lagi. Itu sangat nyata, Nanon." tekan Fiat yang mampu membuat Nanon terdiam. Mendadak, perasaan pria itu bergemuruh. Namun dengan keras dia berusaha mengabaikannya. Kembali memberi pengertian pada Fiat jika hal buruk itu tidak akan terjadi.

Tapi setelah seperti ini, Nanon ingin mengelak bagaimana lagi? Semuanya benar-benar nyata. Mimpi Fiat bukanlah omong kosong, dan seharusnya Nanon tak menganggap remeh rasa sakitnya selama ini. Yang ternyata sudah terlalu jauh merusak tubuhnya.

Dalam posisi setengah berbaring itu, Nanon mengusap rambutnya kasar. Merasa benar-benar frustasi dengan kenyataan yang harus ia terima. Penyakit itu kembali, namun kini membawa teman. Yang tentu membuat Nanon harus lebih keras berjuang di bandingkan beberapa tahun lalu.

Beberapa jam lalu dia memang sudah tersadar. Dan setelah mendengar penjelasan dari Tawan mengenai kondisinya saat ini, Nanon mengusir seluruh keluarganya dari ruang rawat itu. Dia sungguh ingin sendiri untuk sejenak. Menata hati yang benar-benar hancur karena pukulan takdir.

"Nong-kub," suara itu membuat Nanon menegang di tempatnya. Suara yang sangat dia rindukan, tapi kenapa harus muncul di saat dia sudah sekacau ini?

"Pergilah, Phi. Jangan mendekat." ujar Nanon dingin. Tanpa mau menatap Krist sedikitpun, walau kenyataannya dia sangat ingin berada di dekapannya.

"Tapi, Nong. Phi---"

"jika aku tidak sakit, kau tidak akan menemuiku kan?" lirih Nanon seraya menduduk mengusap kasar air mata yang sudah membanjiri wajahnya.

"Kenapa aku harus seperti ini dulu untuk mendapat perhatianmu, Phi? Apa kau hanya kasihan padaku? Apa rasa sayangmu itu palsu?"

Krist menggeleng kuat. Dia tak seperti itu, dan ponakannya itu salah mengira. Dia sangat menyayangi Nanon, sama sekali tak merasa kasihan. Maka dari itu, Krist mulai melangkah mendekati Nanon untuk membuat adiknya itu mengerti. Namun justru Nanon terus mengusirnya, bahkan sampai berteriak.

"Pergi, Phi. Sudahku bilang jangan mendekat!"

Krist membekap mulutnya kuat-kuat. Menahan isakan yang terus mendesak keluar. Dia tidak percaya jika semuanya akan kacau seperti ini. Rasanya pria bermata kucing itu benar-benar sudah menjadi manusia paling bodoh Di dunia ini.

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang