45. Collect Promise

973 104 9
                                    

Sedari dulu, Nanon tak pernah menganggap orang yang membenci dirinya sebagai musuh. Karena orang sejahat apa pun pasti memiliki hati yang baik. Dan Nanon selalu saja bisa meluluhkan hati yang keras itu.

Sekarang pun Nanon merasa begitu lega karena telah bercerita mengenai banyak hal bersama Aj. Tadi, mereka saling berbagi kisah kehidupan masing-masing. Bahkan Aj sampai tak menyangka jika ini kedua kalinya Nanon mengidap kanker.

Nanon tak mau memiliki musuh. Sebisa mungkin, Nanon akan menjadikan orang yang jahat padanya sebagai teman. Menurut Nanon, hidup itu singkat. Akan terbuang sia-sia jika kehidupannya di penuhi oleh musuh.

Dalam langkah ringan itu, Nanon selalu tersenyum. Dia tak akan takut jika Aj nantinya bisa membocorkan perihal status Nanon sebenarnya. Dia ingin berteman dengan Aj, dan kunci awal pertemanan adalah sebuah kepercayaan.

Saat hampir sampai di ruang rawatnya, Nanon mengernyit melihat pintu yang terbuka. Seingat pria itu, dia sudah menutup pintunya rapat. Maka dengan rasa penasaran, Nanon kembali melangkah. Tersenyum lebar melihat Krist yang berdiri membelakanginya sembari menggigit jari gusar.

Nanon melangkah tanpa suara. Lalu memeluk kakak sepupunya itu dari belakang. Yang tentu membuat Krist tersentak.
"Meung! Kau dari mana saja, eoh?"

Ketika Krist ingin melepaskan pelukan itu, Nanon menahannya. Pria berambut hitam pekat itu meletakan dagunya diatas bahu sang kakak. Memejamkan mata merasakan kehangatan yang tercipta di tubuh Krist.

"Kau...... Masih ingat dengan janjimu kan, Phi?" tanya Nanon yang membuat kebingungan timbul di benak Krist.

"Janji? Janji yang mana?"

"Kau bilang, akan menuruti keinginanku kan?" barulah saat kalimat itu keluar dari mulut Nanon, Krist mengangguk paham.

"Apa yang kau inginkan? Katakan. Phi akan menurutinya." ujar Krist mengusap tangan Nanon yang memeluk perutnya erat.

Nanon diam sejenak. Dia sudah memikirkan keinginannya ini jauh-jauh hari. Tapi ada ke raguan di dalam hatinya. Dan kemungkinan besar, Krist akan menolaknya. Karena dia tahu bagaimana sifat kakak sepupunya itu.

"Aku tidak ingin dirawat di rumah sakit. Dan..... Bisakah kau menggantikan peran Dokter Pui untukku setelah resmi menjadi Dokter nanti?" Nanon merasa tubuh Krist menegang. Dan hingga beberapa saat berlalu, ponakannya itu tak kunjung mendapatkan jawaban. Membuatnya terpaksa melepaskan pelukannya pada Krist lalu berpindah posisi kehadapan sang Kakak.

"Phi, aku janji tidak akan merepotkan. Aku hanya....... Itu satu-satunya cara agar aku tidak terkurung di tempat ini. Aku bisa mati kebosanan, Phi. Tolonglah aku. Kau sudah janji untuk menuruti mau ku kan?" Nanon berujar dengan wajah memelas. Permintaannya itu sebenarnya memang hanya dia gunakan sebagai senjata agar Tawan bisa mengeluarkannya dari rumah sakit. Karena jika Krist yang meminta dengan pria itu menjadi pengganti Dokter Pui, Tawan pasti akan mengizinkannya.

"Bukan itu masalahnya Nanon. Aku sudah bilang untuk terus merepotkanku. Tapi..... Aku tidak bisa mengambil tanggung jawab besar itu." pergerakan tubuh Krist mulai gelisah. Dia sangat ketakutan sekarang.

Dia sadar, dia bukanlah Dokter hebat seperti Dokter Pui. Dia bahkan belom menyandang gelar Dokter resminya. Dan Nanon sangat salah telah memintanya mengambil tanggung jawab yang amat besar. Nanon adalah ponakan kesayangannya. Krist ingin Nanon mendapatkan yang terbaik. Dan jawabannya adalah bukan Krist, namun Dokter Pui. Karena siapapun di rumah sakit ini tahu, Dokter terbaik disini adalah Dokter Pui.

"Tapi Phi-----"

"Phi tidak akan melakukan itu. Kau bisa meminta apapun asalkan jangan hal itu. Dokter Pui adalah yang terbaik untukmu, Nong-kub. Phi dan dia tentu jauh berbeda. Jadi mengertilah. Ini untuk kebaikanmu," setelah mengatakan itu, Krist keluar dari ruangan Nanon. Meninggalkan ponakannya yang harus menelan rasa kecewa.

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang