22. Disappointed

1.7K 143 12
                                    

Hari ini adalah hari pertama Nanon bangun terlambat setelah dua bulan bersekolah. Padahal hari ini adalah hari terakhir penggelaran pameran milik sekolahnya. Membuat Nanon harus terburu-buru menyiapkan diri untuk berangkat.

"Tidak ada kata berangkat sebelum kau memakan apapun." ucapan itu mampu menghentikan langkah Nanon yang hendak langsung berpamitan pergi pada sang kakak karena kedua orang tuanya sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali.

Nanon membasahi bibirnya menatap berbagai makanan yang sudah disiapkan oleh Frank. Alangkah jahatnya dia jika mengabaikan semua hidangan itu. Tapi rasanya, Nanon sedang tak ingin memakan apapun karena di kejar waktu hingga tak nafsu makan.

"Nanon?"

Nanon mengerjab. Lalu meraih satu potong sandwich yang ada di atas meja makan.
"Aku akan memakan ini saja. Aku berangkat, Phi. Ohm sudah menungguku di depan."

Nanon mencium kilat pipi Frank. Lalu berlari terburu-buru keluar dari rumah mewah itu. Berhenti sejenak memandang kotak sampah yang terpajang di pinggir rumahnya.

"Kothod-na, Phi." lirih Nanon lalu membuang sandwich itu di kotak sampah. Kembali berlari hingga menuju gerbang utama.

Sesampainya di gerbang utama, Nanon langsung menemukan sebuah mobil Audi Q7 yang terparkir di Sana. Tak ingin membuang waktu, pria itu langsung memasukinya.

"Sudah makan?" tanya Ohm sembari menginjak pedal gas mobilnya hingga meninggalkan area depan rumah mewah itu.

"Sudah," jawab Nanon singkat. Sambil memeriksa isi tasnya. Takut jika ada yang tertinggal. Dan pria itu hanya bisa menghela napas ketika tak menemukan botol kecil vitaminnya disana.

"Ada yang tertinggal? Apa kita harus putar balik?" tanya Ohm ketika mendapati wajah lesu Nanon setelah melihat isi tasnya.

"Tidak." saat ini, Nanon sungguh sedang berdoa agar Frank tak menemukan vitaminnya di kamar. Jika Iya, maka habislah dia saat pulang nanti. Frank pasti akan marah-marah karena Nanon mengabaikan perintahnya.

........

Pria itu datang dengan wajah lelah. Meletakan satu paper bag diatas meja lalu mengusap lembut surai Pluem. Chimon yang sudah berhasil menarik hati Pluem itu sangat beruntung.

Awalnya Pluem tidak menyangka bisa jatuh hati pada sahabat dekatnya sendiri.

"Kau harus istirahat jangan selalu terpaku pada tugas." ujar Chimon sembari duduk di pinggir meja Pluem. Mulai mengupas buah jeruk untuk kekasihnya yang masih terfokus pada macbooknya.

"Aku ingin bercerita padamu, tapi... " Pluem menggantungkan kalimatnya antara mau bicara namun ragu.

"Tapi?" Chimon menatap Pluem bingung. Menginginkan kejelasan kalimat Pluem yang sempat terpotong.

"Pagi tadi aku bermimpi buruk. Dan setelah itu perasaanku benar-benar tak enak sampai sekarang." ungkap Pluem akhirnya. Membuat Chimon termenung sejenak.

Pemuda itu mulai membasahi bibirnya Setelah sadar. Kembali mengupas buah jeruk yang masih setengah terbuka. Lalu menyuapkannya pada Pluem.

"Tentang mereka berdua?" tanya Pluem setelah satu potong jeruk masuk kedalam mulut Pluem.

"Mai. Hanya salah satu," jawab Pluem sembari mengunyah.

"Siapa? Frank?"

Pluem terdiam sejenak, lalu menggeleng.
"Nanon."

........

Sudah pukul lima sore, saat memasuki rumah mewah itu Nanon mendapati sang kakak yang sedang terduduk di sofa dengan tangan yang bersidakep. Senyumnya perlahan muncul, ingin menyapa Frank namun ketika mendapati apa yang ada di hadapan sang kakak, senyum Nanon meluntur.

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang