37. Repulsed

1K 106 10
                                    

Krist mengusap wajahnya kasar. Dia sedang di landa rasa gusar saat ini. Apalagi suara-suara orang yang ada di dekatnya terus bersahutan karena melihat ada seseorang yang berlutut untuknya. Krist Sungguh tak nyaman dengan situasi seperti ini.

"Tuan, berdirilah. Kau sedang menjadi perhatian semua orang saat ini." ujar Krist berharap Luke mengerti.

"Aku akan berdiri, jika kau bersedia menuruti kemauanku tadi." Luke mendongak, masih dengan air mata dan tatapan sendunya.

"Kau ingin aku mementingkan Aj di atas segalanya?" Tanya Krist memastikan, membuat Luke mengangguk cepat.

Krist tahu bagaimana perasaan Luke saat ini. Dia hanya takut kehilangan, dan apapun pasti Luke lakukan untuk putranya. Sama seperti Tawan dulu, adik iparnya itu bahkan sempat berlutut di kaki Dokter Pui agar Nanon bisa selamat dari maut.

"Maaf, Tuan. Tapi aku tidak bisa melakukannya. Ada seseorang yang lebih membutuhkan keberadaanku." ujar Krist yang tentu mengakibatkan keterkejutan untuk Luke.

"Krist--"

"Aku memang menyayangi Aj. Tapi tentu aku lebih menyayangi ponakanku sendiri. Dan dia Saat ini berada dalam kondisi yang sama seperti Aj. Aku tidak bisa meninggalkan ponakanku sendiri, Tuan." mendengar penjelasan Krist, Luke menggeleng kuat. Seakan tak ingin Krist mementingkan orang lain selain anaknya.

"Bukankah ponakanmu tiga bersaudara? Ponakanmu masih memiliki dua saudara lainnya jika kau tak ada. Sedangkan Aj tak memiliki satu pun jika kau meninggalkannya." Luke masih kekeh dengan keinginannya. Apalagi Dia sudah rela berlutut. Tak akan mau lelaki itu pergi dengan tangan kosong.
"Maaf, Tuan. Aku akan tetap pada pendirianku. Ponakanku lebih berharga dari apapun." ucap Krist lalu melangkah cepat dari Sana. Lebih baik dia pulang daripada harus berurusan lebih jauh dengan keluarga Aj yang terus memaksanya.

"Sial." Desis Luke sembari bangkit berdiri. Membersihkan celana yang sempat bertemu dengan lantai rumah sakit.

Lelaki itu benar-benar merasa harga dirinya jatuh ke dasar laut. Seorang Luke harus berlutut, namun dia malah mendapat sikap acuh. Seumur hidup, dia tak akan melupakan kejadian memalukan hari ini.

.......

Pluem yang sedang membaca majalah di ruang televisi, menggeleng pelan melihat kedatangan Krist di rumahnya. Dia tahu, seharusnya kakak sepupunya itu pulang malam. Namun tampaknya Krist kembali berulah. Kakak sepupunya itu berlaku seenaknya karena rumah sakit tempatnya bertugas adalah milik Victor ayah dari Krist dan Kakek dari Pluem.

"Dimana Nanon?" Tanya Krist pada Pluem.

Pluem yang hendak mengomel, mengurungkan niatnya karena Krist kini sedang mencari Nanon. Dia tentu tak akan marah jika Krist membolos karena mementingkan adiknya. Ini lebih baik di bandingkan ketika Krist mengacuhkan kedua adiknya seperti beberapa waktu lalu.

"Di kamar. Dia bilang ingin tidur. Wajahnya sangat letih." beritahu Pluem membuat Krist seketika melangkah lebar menuju lantai dua rumahnya. Membuka pintu kamar Nanon yang tidak terkunci.

Senyum tipis itu muncul di bibir Krist. Sudah sangat lama dia tak melihat Nanon tertidur dikamar bernuansa cream itu. Krist mulai berjalan mendekati Nanon. Mencium sekilas kening ponakannya itu dan menghapus beberapa titik keringat di dahi Nanon.
"Apa dia kesakitan?"

Ketika hendak meraih tissue untuk membersihkan keringat di wajah Nanon, sebuah tangan menahan lengannya. Krist tentu langsung menoleh kaget pada Nanon yang kini sudah membuka matanya dengan sayu.

"Kau merasa sakit, Nong-kub?" Tanya Krist memastikan.

Pria berambut hitam pekat itu menjawab. Dia membasahi bibirnya lalu menarik lengan Krist agar kakaknya itu lebih dekat padanya.
"Temani aku tidur, Phi."

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang