35. Back to Home

1K 110 7
                                    

Hidup itu penuh dengan rahasia. Sebaik apapun rencana manusia, jika Tuhan tak berkehendak maka semuanya tak akan terjadi. Sebaiknya, jika manusia tidak menduga sesuatu akan terjadi kedepannya. Kalau Tuhan berkeinginan maka hal itu akan terjadi.

Semua orang tentu memiliki impian. Termasuk Nanon. Nanon ingin sekali berkuliah bersama kakak-kakaknya dan mengambil jurusan photography, dan dengan itu berharap cita-citanya menjadi photographer bisa tercapai dengan mudah. Tetapi, dia sadar. Impiannya itu hanya bisa membuatnya sakit karena akan sulit untuk menggapainya saat ini atau Mungkin tak akan pernah tercapai.

Saat itu, Krist sempat mendapatkan mimpi yang buruk tentang ponakannya. Seharusnya memang Krist sudah was-was tentang kondisi Nanon sejak itu. Namun dia teledor, sibuk mengurus orang lain namun lupa jika takdir sudah mengirim tanda tak baik mengenai ponakannya.
Dalam mimpi itu, awalnya Krist sedang menghabiskan waktu bersama Nanon di sebuah taman bunga. Namun tiba-tiba ada sesosok bayangan hitam yang merenggut Nanon begitu saja. Dan setelahnya Krist benar-benar ketakutan. Maka dari itu, yang dia rasakan kini lebih dari sebuah penyesalan.

"Kenapa hanya diam? Tidak ingin mengajak Phi mengobrol?" suara itu berasal dari orang yang duduk disamping Nanon.

Ini adalah hari terakhir Nanon menghirup udara Paris. Karena besok dia dan keluarganya akan terbang menuju Thailand sesuai permintaan Nanon. Tapi sebelum itu, Krist mengajaknya untuk mengunjungi Grande Roue de Paris. Janji sebelumnya yang sudah Krist buat untuk ponakannya.

Dan disinilah mereka berdua. Menikmati bagaimana suasana sensasi menaiki bianglala raksasa yang terkenal di Paris. Menikmati bagaimana indahnya kota Paris di malam hari dari atas.

"Aku hanya membayangkan bagaimana suasana Thailand saat ini. Aku benar-benar merindukannya." ujar Nanon tersenyum kearah Krist dengan tulus.

Pria bermata kucing yang ada disampingnya itu nyatanya pernah membuat Nanon kecewa. Sulit untuk menghilangkan luka dihatinya. Namun kasih sayang Nanon untuk Krist sudah terlalu besar. Dia dapat dengan mudah memaafkan kakaknya itu, terlebih Krist selama tujuh hari ini selalu merawatnya dengan baik.

Nanon merasa kakak sepupunya itu sudah kembali sediakala. Menjadi sangat perhatian, namun terkadang galak. Dan Nanon berjanji tak akan memprotes kegalakan Krist lagi. Karena saat dia kehilangan itu, dia akan sangat kesakitan.

"Semuanya tetap sama, tak akan ada yang berubah." Krist berujar seperti itu sembari menyampirkan sebuah selimut untuk adiknya. Menarik tubuh kurus itu kedalam dekapan hangatnya.

Nanon membalas pelukan sang kakak. Menikmati usapan yang Krist berikan di kepalanya.
"Aku sudah tak sabar untuk bertemu Ibu."

..........

Ini adalah hari ketiga setelah keluarga Vihokratana menginjakan kaki di Thailand. Setelah dua hari kemarin mereka beristirahat dengan baik, kini New dan Tawan memutuskan untuk berkunjung ke rumah sakit guna membawa Nanon berkonsultasi ke Dokter Pui.

Krist juga sudah mulai kembali bertugas di rumah sakit. Karena dia tak mungkin meninggalkan tanggung jawabnya terlalu lama jika ingin cepat melakukan kelulusan resmi dan Sumpah Dokter.

Sesampainya di ruangan Dokter Pui, Nanon hanya perlu menyerahkan berkas-berkas pemeriksaannya dari rumah sakit di Paris kepada Dokter wanita itu. Menunggu dengan bosan bersama kedua orangtuanya saat Dokter Pui sedang mempelajari masalah yang sedang terjadi pada tubuh Nanon lewat kertas-kertas itu.

"kita tidak akan mungkin melakukan radioterapi pada Nanon karena akan memperburuk fibrosis parunya. Jadi, aku hanya akan merekomendasikan kemoterapi untuk Nanon."

"Minggu depan. Apa kau siap?" tanya Dokter Pui memastikan.

"Bisakah jika besok saja? Lebih cepat, lebih baik bukan?"

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang