Lost Your Smile

3K 190 36
                                    

Selama hidupnya, dia tak pernah mencintai seseorang kecuali keluarganya. Dan ketika baru saja dia memasuki sekolah menengah, seorang pria dengan rambut hitam pekat membuatnya jatuh terlalu dalam pada sebuah rasa cinta.

Langkah lunglai itu menapaki pada rerumputan hijau. Tubuhnya lemas bukan main, tapi dia tetap berusaha untuk berjalan. Menuju kerumunan berbaju hitam diujung sana.

Sesampainya diantara kerumunan itu, Ohm kembali menitihkan air matanya yang sempat berhenti beberapa menit lalu. Dia menatap kosong ke arah peti yang sedang dimasukan ke dalam sebuah lubang besar.

Lelaki itu meremas dadanya yang sesak. Beginikah akhirnya? Sungguh, sampai kapan pun Ohm tidak akan pernah mengikhlaskan kepergian Nanon.

Enam bulan sudah dia tidak bertemu Nanon. Terakhir kali, dia meninggalkan Nanon dalam keadaan tak sadarkan diri di ruang ICU. Seandainya dia tidak mengikuti acara sekolahnya. Dia bisa menemani hari-hari terakhir kekasihnya. Bisa, setidaknya mengucapkan kalimat perpisahan. Atau juga, dia bisa melihat wajah sang kekasih sebelum menyatu dengan tanah.

Dengan tangan gemetar, dia megoroh saku dalam celananya. Meraih sebuah kotak persegi berwarna navy. Lalu membukanya dengan rasa sakit yang semakin menguasai perasaannya. Disana, ada sebuah cincin indah yang Ohm siapkan untuk Nanon.

"Padahal, aku sudah membayangkan betapa cantiknya cincin ini dijarimu." Lirih Ohm sarat akan kesedihan.

Tahun ini, dia belom memberikan Nanon hadiah ulang tahun. Maka sebelum kembali ke bangkok, lelaki itu mencari hadiah terbaik untuk kekasihnya. Cincin itu hanya ada satu di dunia, karena Ohm secara langsung yang meminta desainnya.

"Kau senang, sayang? Sekarang tak ada lagi rasa sakit di tubuhmu."

Ohm memandang peti yang berisikan raga Nanon yang mulai di timbun oleh tanah dengan air mata yang tak bisa dibendung. Menggigit bibir bawahnya, dia melempar cincin itu bersama peti yang hampir tertutup oleh tanah.

"Selamat tinggal, Sayang. Aku selalu mencintaimu." Ungkap Ohm, tak lama kemudian tubuhnya meluruh. Dengan kedua lutut yang kini menumpu beban tubuhnya.

Ting~

Ohm merasa ponsel disaku celananya bergetar. Tapi dia mengabaikan itu. Dia terlalu larut hingga tak memperdulikan apa pun. Sampai sebuah tangan mengusap bahunya lembut.

"Bukalah. Aku baru saja menyalakan data seluler di ponsel Nanon. Sepertinya dia lupa untuk menyalakannya saat mengirimkanmu pesan dulu." Chimon berbicara sembari menunjukan ponsel berwarna BlackGold dengan stiker bergambar kucing. Itu adalah ponsel milik Nanon. Chimon mendapatkannya dari Pluem karena kekasihnya itu terus membawanya kemana pun.

Ohm takut. Tapi dia sangat penasaran. Dengan mengatur napasnya yang memburu, pria itu meraih ponselnya. Ohm sangat rindu dengan username itu. Karena sudah satu bulan ini mereka tidak saling bertukar kabar.

Pesan itu adalah pesan suara. Jika diterka-terka, waktu pengirimannya adalah sebelum Nanon menggunakan ventilator. Yang berarti pesan itu sudah ada sejak satu bulan yang lalu. Tapi tak berhasil terkirim.

"Hei, Ohm-kub. Bagaimana persiapan ujianmu? Jangan lupa belajar, eoh?"

Ohm mengigit bibir bawahnya setelah berhasil menekan tombol play pada satu dari empat pesan suara yang Nanon kirimkan. Suara itu, Ohm sungguh merindukannya.

"Tidak tahu kenapa, hari ini aku sangat merindukanmu. Aku ingin bicara banyak denganmu. Tapi sepertinya kau sedang sibuk mempersiapkan diri untuk ujian."

Ohm menggeleng. Nanon seharusnya tahu, apa pun bisa Ohm tinggalkan untuk sang kekasih. Andai saja pesan itu terkirim dulu, mungkin setidaknya dia bisa mendengarkan suara lembut itu lebih lama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang