34. Expression

1.1K 109 6
                                    

"Papa, aku ingin Phi-krist."

Luke mendesah kesal. Selalu kalimat itu yang putranya lontarkan, membuat dia semakin marah dengan perlakukan Krist pada Aj. Meninggalkan pria itu dan melupakan tanggung jawabnya.

"Anak itu harus di beri pelajaran." Geram Luke berjalan keluar dari ruang rawat putranya.

Lelaki itu menggeram dengan langkah lebarnya. Merasa Krist telah mencoba mempermainkannya, dan saat ini Luke akan memberitahu Krist jika pria itu telah salah karena telah mengabaikan Aj. Saat ini, yang menjadi tujuan Luke adalah untuk membuat Krist menangis darah dan harus bersujud kepadanya untuk memohon Ampun.

"Ah, Tuan Luke. Ada yang bisa kami bantu?" seluruh pegawai resepsionis rumah sakit itu serentak memberikan salam hormat kepada Luke yang datang. Kali pertama lelaki itu menghampiri mereka karena biasanya merekalah yang harus menghampiri Luke.

Lelaki itu benar-benar membanggakan dirinya yang sangat berpengaruh. Tersenyum miring membayangkan Krist akan benar-benar mencium kakinya hanya untuk meraih maaf. Pria bermata kucing itu benar-benar sudah berurusan dengan orang yang salah.

"Aku ingin kau menendang salah satu asisten dokter disini." ungkap Luke yang seketika membuat orang-orang itu terkejut.

"Apakah ada yang mencari masalah denganmu, Tuan? Kami akan memprosesnya jika itu benar terjadi." salah satu dari mereka meraih telepon disana. Hendak menghubungi pihak yang memang bertanggung jawab atas seluruh asisten dokter di rumah sakit ini.

"Eoh, dan bisakah kalian buat reputasinya buruk? Dia benar-benar sudah kurang ajar padaku," Adu Luke yang dalam hati kini mulai bersorak.

"Reputasinya akan buruk jika dia keluar dari rumah sakit ini secara tidak hormat, Tuan. Kau tenang saja. Rumah sakit ini adalah standarisasi dari semua rumah sakit yang ada di Thailand." sahut pegawai yang lain, membuat Luke mengangguk. Karena memang itulah alasan Luke membawa putranya kemari untuk mendapatkan perawatan terbaik.

"Tuan, kau tau nama asisten dokter itu? Kami akan segera memprosesnya." ujar pegawai yang terlihat sedang terhubung dengan seseorang lewat telepon.

"Krist Perawat Zheng."

Semua pegawai disitu seketika menganga. Bahkan yang sedang menggenggam telepon pun tak sengaja menjatuhkan benda itu. Tak bisa menahan keterkejutan mereka atas ucapan Luke, juga bingung harus berbuat apa Sekarang.

"Kenapa ekspresi kalian seperti itu? Cepat lakukan perintahku!" sentak Luke kesal. Merasa mereka sudah membuang waktunya terlalu lama.

Semua pegawai disana saling lempar pandang. Sekaligus meringis karena benar-benar bingung harus menjelaskan pada Luke seperti apa. Jika mereka benar-benar menendang Krist, maka karir mereka lah yang akan hangus.

"Ma-Maaf, Tuan. Kami tidak bisa melakukannya." ujar salah satu dari mereka yang akhirnya mendapatkan keberanian.

"Benarkah? Kalian mengabaikanku? Kalian tahu kan aku siapa?"

Semua mengangguk cepat. Tentu mereka tahu jika Luke adalah salah satu pengusaha yang sangat berpengaruh di Bangkok. Mereka tak akan mau mencari masalah dengan boss besar itu, namun mereka lebih tak ingin lagi mencari masalah dengan Anak pemilik rumah sakit itu.

"Kami tahu. Tapi kami tak bisa mengeluarkan Tuan Krist dari rumah sakit ini." Beritahu salah satu pegawai, membuat dahi Luke mengerut bingung.

"Apa yang sudah dia lakukan hingga bisa membuat kalian mempertahankannya sekeras ini walau telah mencari masalah denganku? Aku akan membayar berapapun agar dia bisa dikeluarkan dari sini. Cepat lakukan apa yang ku mau!" Luke benar-benar kesal saat ini. Krist hanyalah asisten dokter, seharusnya mereka dapat dengan mudah mengeluarkan Krist karena pria itu telah membuat kesalahan fatal.

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang