28. Ignore

1.1K 116 7
                                    

Jari kurus itu baru saja hendak memegang ponsel miliknya. Namun belom sempat melakukannya, Nanon terlebih dahulu menjatuhkan barang itu karena mendadak dadanya terasa sesak bukan main.

Dengan tangan yang bergetar, dia mulai membuka dua kancing paling atas seragamnya. Berusaha bangkit berdiri menuju depan gerbang sekolahnya. Karena saat ini hanya ada dirinya di sekolah itu. Sedangkan siswa lain sudah kunjung pergi pulang karena jam pelajaran sudah usai.

Hampir saja tangannya meraih sebuah gerbang yang ada dihadapannya, tubuh itu bergetar hebat. Membuat Nanon tak mampu berdiri lagi dan memilih duduk diatas lantai.

Dia meremas baju bagian dadanya erat. Merasa sangat gelisah dan ingin menangis. Nanon sungguh kebingungan, sesaknya kali ini tak seperti biasanya. Rasanya lebih sakit dan Nanon tak bisa menahannya seperti saat-saat sebelumnya.

"A-Apakah..... Aku terlalu kelelahan?" gumam Nanon bingung. lalu sedetik kemudian mengerang merasakan rasa sakit yang lebih, menghujaminya.

"Tenang. Aku harus tenang." Nanon berujar pada dirinya sendiri ditengah nafas yang tersengal. Berusaha menenangkan diri sebisa mungkin. Karena saat ini sekolahnya tidak ada orang sama sekali, bahkan security yang biasa berjaga di depan gerbang kini tak tahu kemana. Namun justru yang dia dapat adalah rasa sesak dan sakitnya semakin menjadi. Yang akhirnya membuat Nanon tak sadarkan diri dengan posisi duduk serta menyandar pada besi gerbang sekolahnya.

.......

Tidak seperti Krist yang sudah sibuk sebelum kelulusan resminya. Pluem justru harus rela berdiam diri dengan kebosanan yang mendera selama menunggu masa kelulusan resminya. Alhasil pria itu mendial nomor ponsel Nanon karena saat ini Nanon tak kunjung pulang.

Sambungan teleponnya terhubung. Namun saat beberapa menit adiknya itu tak menjawab. Hingga akhirnya Pluem berganti menelpon Frank. Yang hanya butuh beberapa Detik untuk diangkat.

"Kau sedang diluar?" tanya Pluem saat mendengar suara sedikit bising di sekitar adiknya.

"Aku sedang berada di kampus Phi." jawab Frank.

"Apa Phi mengganggu?"

"Tentu saja tidak. Aku sangat senang Phi menelpon." jawab Frank cepat. Sekalipun sibuk Dia akan mengangkat telephone dari kakak-kakaknya karena mereka adalah yang terpenting selain Nanon di hidupnya.

"Kau sedang tidak bersama Nanon? Aku menelponnya namun tidak diangkat," Pluem tak langsung mendapati jawaban hingga beberapa detik berlalu, berulah Frank kembali membuka suara.

"Aku belom menjemput Nanon, mungkin dia sedang ada kelas tambahan."

Pluem mengangguk pelan. Cukup tenang karena adik bungsunya tidak kenapa-kenapa. Karena jujur tadi perasaan Pluem mendadak tak enak.

"Phi,"

Pluem mengerjit ketika mendengar suara Frank yang berubah menjadi nada serius.

"Eoh, ada apa?" tanya Pluem penasaran.

"Apakah..... Phi'Krist begitu sibuk?" tanya Frank ragu. Yang membuat Pluem harus menelan salivanya susah payah.

Dia tahu cepat atau lambat adik-adiknya akan menanyakan keanehan sikap Krist akhir-akhir ini. Jangankan Nanon dan Frank, Pluem saja yang kemaren masih bisa mengobrol dengannya kini mulai merasa terabaikan oleh kakak sepupunya itu.

"Dia masih belom kembali ke rumah sedari kemarin."

"Ah, apakah karena pasiennya kritis semalam?" tanya Frank lagi.

"kau menelponnya?"

"Dia yang menelponku. Tapi hanya beberapa detik. Bahkan dia tak memberi ucapan sampai jumpa, seperti biasanya." dari nada suaranya, Pluem amat tahu jika Frank begitu sedih saat ini.

The Vihokratana Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang