Eleven

828 132 23
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








***

"Kakak!"

Bocah Lelaki itu memberhentikan langkahnya, ia menoleh ketika menyadari suara seorang gadis kecil yang semenit lalu ia kenal memanggil dirinya. Dan benar saja, gadis kecil itu berlari cepat ke arahnya sambil menenteng dua buah boneka.

"Jinnie? Ada apa?"

Gadis kecil yang dipanggil jinnie itu menyodorkan sebuah boneka kepadanya. Yang notabennya memang milik gadis kecil tersebut.

Bocah lelaki itu mengernyitkan dahinya bingung, "Ini buat kakak?"

Ia mengangguk cepat sambil tersenyum lebar. "Kan kakak udah ngacih boneka kakak ke jinnie, sekarang jinnie yang ngacih micky ke kakak. Ini ambil."

Bocah lelaki itu tersenyum kecil. "Tapi kan ini punyanya jinnie."

"Ndak apa-apa. Selama kakak nyimpen Micky, kakak ndak boleh lupa cama jinnie."

Ia tersenyum, kali ini lebih lebar. Menepuk pucuk kepala gadis kecil itu yang memang tinggi mereka berdua terpaut berbeda. Jinnie hanya sepundaknya saja.

"Makasih ya, jinnie. Kakak bakal jaga Micky. Jinnie juga jaga boneka itu ya."

"Siap kakak! Cama-cama, kakakㅡeung... Nama kakak ciapa?"

Bocah lelaki itu tersenyum lebar, "Nana. Panggil aja Nana."

Jinnie tertawa kecil, "Okeh, kak Nana!"




***


Atensinya malah terasingkan entah kemana sedangkan dokumen-dokumen di mejanya masih belum tersentuh. Pemuda itu meraba bibirnya dengan pelan, entah pikirannya kemana yang jelas ia sudah begitu sejak 30 menit yang lalu.

Tangannya bergerak begitu saja untuk membuka laci meja kerjanya. Disitu terpampang nyata sebuah foto yang menampilkan seorang gadis yang tersenyum manis. Katakanlah ia memang lancang gara-gara mengambil foto itu seenaknya. Ia sudah jatuh cinta hanya melihat sebuah foto.

Client Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang