Forty One

263 45 23
                                    

Tidak ada yang mau buka suara soalnya seonghwa sama Karina masih speechless dengan keadaan hyunjin yang bisa dikatakan masih belum pulih. Gimana sih perasaan lo ketika ngeliat besfriend bener-bener hampir bonyok gara-gara kecelakaan?

Kaki sama tangan di gips, belum lagi perban di kepala. Terus, mukanya hyunjin ada lebam biru, meskipun samar tapi tetap aja bonyok.

Apalagi tadi Karina sempat nangis perihal pertama dia ngeliat hyunjin yang terbaring di ranjang pasien. Biasanya Karina ngeliat hyunjin kayak cacing kepanasan.

Sudah beberapa minggu mereka melewati dan mencari keberadaan sahabat mereka, nyatanya takdir telah menuntun mereka ke rumah sakit ini.

"Jangan ngeliatin gue kayak gitu kek." Keluh hyunjin.

"..."

"Tau dari mana gue disini?" Kim Hyunjin membuka suara terlebih dahulu.

"Karina yang ngeliat lo." Ucap seonghwa.

"Ngeliat gue gimana, Rin?" Tanya hyunjin ke Karina.

"Gak tau. Gue nemu petunjuk di tengah jalan tadi." Jawab Karina asal. Reflek si seonghwa berdecak pelan sambil menjitak pucuk kepala Karina.

Hyunjin menghela napasnya perlahan. Gadis itu tersenyum kecil. "Syukur deh kalian baik-baik aja dan ngeliat gue disini. Gue seneng banget bisa ketemu kalian lagi. Maaf ya, gue bukannya gak mau ngasih kabar, tapi gue gak inget nomor handphone kalian tuh berapa."

"..."

"Ya lagian lo gue suruh hafalin nomor kita malah gak mau!" Omel seonghwa.

"Ya maap!"

Karina menelan ludahnya sulit. Ah, rasa sesak itu datang lagi, entah ini emosinya yang mana. Jelas saja campur aduk.

Karina duduk di pinggir kasur sambil menatap hyunjin. Hyunjin bingung ini si Karina kenapa tiba-tiba menatap banyak makna ke arahnya. Apalagi tumben-tumbennya gadis itu melihat hyunjin kayak shock begitu.

"Kar—"

"LO!"

Belum berlanjut ucapannya, tubuhnya sudah dipeluk oleh Karina.

"KIM HYUNJINNN!!! SENENG BANGET GUE LIAT LO SELAMAT!!! HUAAAAAAAAAAAA!"

"Aduh..."

Hyunjin pasrah aja dipeluk sama Karina yang tiba-tiba cengeng ini. Biasalah dia mah. Emang gitu anaknya. Selalu mengeluarkan emosi dengan amarah dan menangis.

Seonghwa yang melihat itu langsung menghampiri mereka berdua dan menepuk pelan kepala hyunjin. Bagaimana pun juga, seonghwa selalu bersandar pada mereka berdua. Seonghwa berperan sebagai orang tertua, meskipun kadang ia sering mengandalkan Karina dan hyunjin. Tapi dia Abang yang baik.

Tak disangka pertemanan absurd mereka berujung awet kayak begini. Padahal seonghwa satu-satunya pria di kelompok itu.

"Gak usah ikutan nangis lu ya." Ancam Kim hyunjin ke seonghwa.

"Gue gak cengeng kayak dia." Seonghwa menyangkalnya. Padahal hyunjin melihat seonghwa menyeka sudut matanya.

"Ck, cepetan sini." Ajak hyunjin sambil nepuk-nepuk punggung Karina. By the way, dia masih nangis.

"Tidak, terima kasih." Tolak seonghwa dengan wajah datar.

"Udeh, cepetan kesini cepet!"

Dan akhirnya mereka bertiga berpelukan.

"HUAAAA!!! KIM HYUNJIN LO JAHAT BANGET! GUE KIRA LO NINGGALIN GUE SAMA SEONGHWAAA!"

"GUE UDAH PASRAH BANGET!"

Client Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang