Fifteen

502 98 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



***


Mau dibawa kemana lagi ini?

Serius deh, Jaemin tuh pandai banget kayaknya Nemu tempat misterius yang bahkan cuma dia aja yang tau. Apa jangan-jangan dia punya persembunyian yang lain? Rasa-rasanya yang waktu itu Heejin dibawa ke club (yang Heejin bahkan mau lupain suasana waktu itu) adalah satu dari ribuan tempat rahasia.

Lagipula, dari awal Jaemin juga berbohong kan kalo ia mengaku dirinya gay. Padahal jauh dari kata itu.

"Kamu masih takut sama saya?"

Heejin melirik ke arah kirinya dimana Jaemin sedang menyetir. "Nggak juga sih... Waspada mungkin? Saya cuma takut kalo saja saya kena culture shock mengenai tempat yang anda tuju. Seperti saat itu."

Jaemin terkekeh pelan.

"Tenang aja. Satu per satu saya bakal ungkapin semuanya ke kamu. Saya gak semisterius itu kok. Yang paling rahasia, yang pertama kalinya saya membawa kamu pada saat itu, yang kamu maksudkan."

"Paling rahasia?"

"Hm. Selebihnya ya... Seperti penthouse saya, atau tempat tadi kita bertemu. Itu milik saya."

Heejin mendesis sebentar. "Ah... Saya gak akan bertanya lebih lanjut kalo gitu. Segala kepunyaan anda membuat saya pusing." Heejin berucap jujur.

Serius deh, Jaemin sekaya apa sih? Mungkin sebagian tanah dan bangunan ini milik keluarganya. Atau jangan-jangan kampus tempat dirinya mengemban ilmu ternyata punya Jaemin juga?

Nggak Heejin, Lo terlalu mikir jauh alias overthinking.

"Kamu suka ngelamun ya?"

Heejin tersentak pelan, kemudian dengan gestur tubuh yang canggung, gadis itu hanya melontarkan sebuah senyuman kecil sekali. Agaknya hari ini terlalu membuat dirinya kelelahan. Ayahnya, adiknya, bahkan ibu tirinya itu pun juga turut andil. Sekarang ia terjebak bersama Jaemin disini. Yang notabennya hanyalah sebatas hubungan partner bisnis.

"Maaf." Hanya kata itu yang terlontar dari Heejin.

"Kenapa harus minta maaf? Kamu gak berbuat salah."

"Ah... Itu... Saya berpikir terlalu banyak jadinya mungkin saya tadi gak mendengar anda bicara apa."

Jaemin terdiam sebentar dan matanya melirik sedikit ke arah Heejin.

"Tak apa. Saya mengerti."

Keheningan lagi. Untung saja radio di mobil menyala dan mengeluarkan lagu yang cukup mengisi keheningan serta kecanggungan ini.

"Apa masih jauh?"

"Di depan sana. Sebentar lagi sampai."

Mobilnya pun berhenti di sebuah tepi jalan dan berada di pinggir sebuah sungai. Heejin masih merasa asing. Yah, karena ia tak pernah menghabiskan waktu ke tempat-tempat rahasia seperti ini. Punya waktu luang, baginya suatu kebebasan tak terhingga. Dirinya menghabiskan waktu untuk membantu ibunya dahulu dan ia tak punya teman sebanyak itu untuk diajak main.

Client Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang