Twenty

449 78 15
                                    

Kim Hyunjin sama siyeon emang gak pernah dekat. Bahkan gak berusaha mendekat. Ibaratnya personality mereka emang bertolak belakang, bahkan circle pertemanannya. Hyunjin dan siyeon jelas berbeda.

Sudah 5 menit lamanya hyunjin memberikan segelas kopi hangat ke siyeon di saat gadis itu masih ketakutan. Mereka kini duduk di sebuah cafe outdoor yang masih buka di jam malam.

Hyunjin mengeluarkan satu bungkus rokok yang biasa ia konsumsi kalau suntuk.

"Mau?"

Siyeon membalasnya dengan gelengan. Hyunjin gak akan memaksa. Hyunjin menghembuskan hisapan pertama.

"Lo ngapain di daerah sini? Disini gak pernah aman. Apalagi buat cewek kayak lo."

Siyeon terdiam sebentar, "gue nyari udara segar, bosen di rumah."

Ternyata hal buruk tentang Kim hyunjin di pikirannya seolah lenyap seketika. Sebenarnya siyeon tak punya alasan yang kuat mengapa ia membenci Kim hyunjin. Hanya karena mantannya Jeno atau hal lain? Ah, keirian mungkin?

Hyunjin punya sesuatu yang kuat yang tak dimiliki oleh siyeon.

"Diminum itu kopinya, ntar dingin loh." Ujar Kim hyunjin mengingatkan.

Bibir siyeon seperti kelu untuk berbicara hal lain, jadinya dia menuruti perintah hyunjin untuk segera meminumnya.

"Gimana kabar nyokap lo? Baik-baik aja?" Tanya hyunjin.

Siyeon menatap gadis itu, "Lo tau darimana soal nyokap gue?"

"Jeno."

"..."

"Jangan salah paham. Gue gak serendah itu buat ngerebut Jeno dari lo. Dia cuma curhat sama gue tentang lo dan berusaha buat nyelametin keadaan lo saat ini."

Siyeon terdiam sebentar melirik gerak-gerik gadis yang disebelahnya saat ini. Dari awal siyeon memang memandang dan meremehkan hyunjin karena gadis itu mempunyai wajah yang calm diantara semuanya, misterius dan tak banyak omong. Siyeon memang sering menyindir hyunjin tapi gadis itu selalu mengabaikan sindiran siyeon seolah angin lalu.

Ia tak pernah peduli.

Tapi ternyata siyeon salah, sebaiknya siyeon tak lagi punya masalah dengan Kim hyunjin.

"Gue udah tau semuanya dan gue bertanya-tanya."

Kim Hyunjin memandangnya dengan tatapan yang datar.

"It's okay to hate me, everyone hates me, anyway. Tapi itu gak penting sekarang. Lo gak pernah dapet apa-apa dari gue karena gue emang gak pernah menyembunyikan sesuatu dari siapapun. Gue gak pernah nyari musuh. Musuh yang selalu nyari gue." Ucap hyunjin panjang lebar.

"Tapi jangan bikin kebencian Lo itu berakhir sia-sia, siyeon. Jeno sama nyokap Lo masih butuh lo. Lo harus kuatkan diri lo buat berhadapan dengan musuh yang sebenarnya." Lanjutnya lagi.

Siyeon terkejut, "Lo...tau tentang gue?"

Hyunjin tersenyum miring, "Bokap gueㅡah, ayah tiri gue nyeritain semuanya dan dia berusaha ngungkapin kasus fitnah yang menjerat bokap lo itu. Gue pernah sesekali ketemu Jeno bolak-balik ke kantor polisi buat usut kasus bokap lo itu." Cerita hyunjin.

Hyunjin memang jarang pulang ke rumah, kalopun ke rumah dia hanya sekadar mampir, tapi sesekali dia ke kantor polisi buat nengokin ayah tiri atau omnya itu. Tak jarang ia melihat Jeno yang sesekali mengobrol dengan ayahnya.

Hening untuk keduanya.

"Aneh sih menurut gue, udah banyak bukti yang mengarah ke bokap lo tapi ayah tiri gue masih kekeuh kalo bukan dia pelakunya."

Client Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang