Heejin sama sekali tak punya hak untuk mengetahui lebih jauh lagi, tapi dia penasaran...
Gadis itu terdiam saat tubuhnya ditarik menjauh tiba-tiba oleh jaemin dan dia menunjukkan ekspresi yang Heejin lihat, ia seperti sedang memendam amarah.
Ya... Hanya perubahan air muka pemuda itu Heejin bisa tau kalau pastinya ada sesuatu diantara mereka berdua. Sepertinya suasana hatinya memburuk, jika dilihat dari ekspresi dan perilakunya. Gadis itu tak bisa melakukan apa-apa, meskipun ia ingin menenangkan.
Sekali lagi, Heejin tak bisa ikut campur lebih jauh lagi urusan jaemin, kecuali atas izin langsung dari pemuda itu untuk bercerita kepadanya.
Jelas saja gadis yang mengaku sebagai mantan kekasihnya tadi merupakan orang yang penting di kehidupannya jaemin terdahulu. Sama seperti sebuah benang yang kusut dan dibiarkan begitu saja, seperti itulah hubungan yang belum usai. Heejin menoleh ke belakang dan ia melihat gadis itu masih menatap kepergian mereka berdua. Heejin hanya memandangnya sebentar dan beralih pandangannya lagi.
Berbeda dengan ekspresi yang gadis tadi keluarkan, heejin melihat kesedihan di matanya.
Apakah ini kesalahpahaman yang sepihak?
"Heejin, kamu tak apa-apa?"
"Hah?"
Seharusnya yang bicara seperti itu kan heejin. Tapi ia malah melontarkan kalimat itu ke orang yang salah.
"Saya...gapapa."
"Oh gitu, saya kira kamu ada apa-apa. Kamu menggelengkan kepala kamu terus daritadi. Pusing?" Tangan pria itu terulur untuk menyentuh dahinya, tapi heejin memundurkan sedikit kepalanya, yah, meskipun tersentuh juga.
"Gak panas. Tapi wajah kamu sedikit pucat. Mau duduk aja?" Raut wajah khawatir itu seharusnya bukan untuk heejin. Seharusnya heejin yang khawatir kepadanya.
Apakah ia memang sedang mengalihkan pikirannya dari kejadian tadi?
Heejin tersenyum kecil, "saya gapapa, Tuan Na. Bukankah seharusnya saya yang bertanya?"
Sial, heejin tak bisa mengontrol bibirnya. Heejin meringis pelan karena sadar dengan sifat cerobohnya.
"Maaf, Tuan Na. Saya gak bermaksud."
"Kenapa minta maaf? Saya tau kamu peka dengan keadaan sekitar."
Heejin masih merutuki kecerobohannya.
"Seperti yang kamu pikirkan, tadi itu mantan saya. Ah, mantan tunangan lebih tepatnya. Karena suatu hal, ada hubungan yang cukup renggang diantara kita. Semacam kesalahpahaman mungkin? Tapi, saya tak peduli. Saya sudah tak berurusan dengannya lagi." Jaemin menjelaskan dengan cukup lugas dan tenang.
"Maaf membuat kamu tidak nyaman dengan sikap saya yang tadi. Sejujurnya, hubungan kita yang dulu disoroti oleh banyak media, saya tak mau mereka kembali mengulik masa lalu. Saya tak mau membuat keributan." Jelasnya lagi.
Heejin menganggukkan kepalanya dengan paham. Cukup masuk akal bagi mereka para kaum konglomerat untuk menghindari media, apalagi ini bukan acara sembarangan. Heejin pasti menduga banyak sekali berita yang nantinya akan dipublikasikan. Sesungguhnya heejin berdoa agar dirinya tak terseret di dalam acara ini.
Heejin tak nyaman dengan pandangan tajam dan menyorot dirinya itu seakan menuntutnya lebih jauh lagi. Pandangan mereka yang sangat ingin tau dan berusaha untuk menyingkirkan heejin. Entahlah... Apa hanya perasaannya saja?
Heejin tak lebih dari seorang teman atau rekan bisnisㅡ(calon) psikolog dan klienㅡdari seorang Na Jaemin. Jarak diantara keduanya dihalang oleh sebuah jurang yang dalam, heejin hanya bisa berdiri di sisi jaemin untuk sekadar menemaninya tanpa bersentuhan lebih jauh. Makanya gadis itu sedikit memberi jarak agar jaemin tak susah payah untuk menyentuh tubuhnya agar berdampingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Client
FanfictionFeat. Heejin Jaemin Ini tentang Jeon Heejin yang harus berkaitan dengan seorang Na Jaemin. Dan, cerita orang-orang di sekitar mereka. Awalnya Jeon Heejin berniat mencari seorang klien yang dapat membantu tugas akhir kuliah semesternya dengan bantuan...