Happy reading!
ECCEDENTESIAST
[3.Formulir sialan!]
''Hidup gue nggak semulus yang lo lihat, gue juga punya luka yang sulit disembuhkan apalagi setiap saat luka itu ditambah terus.''
.
Sebenarnya olahraga di siang hari seperti ini sangat membosankan. Saat kelas lain kebagian waktu dipagi hari, kelas IPA 4--kelasnya Seena malah kebagian jam siang yang kebanyakan sudah pada capek.Seena mendribel bola basket dari ujung timur lapangan sampai ke barat, setelah itu ia melepaskan bolanya dan pergi ke pinggir lapangan. Bolanya tadi ditangkap oleh temanya yang kebetulan ada di depannya. Seena capek, dia mau gambar aja. Lagipula pak Hermawan--guru olahraga sedang tidak ada, jadi mereka semua bebas mau melakukan apa yang penting tidak keluar lapangan basket. Di lapangan itu sudah tersimpan semua macam alat olahraga sekolah, karena ruangannya yang sangat besar jadi gudang barang olahraga dipindah kesini sekalian.
''Seena,''
Yang punya nama menoleh dan mendapati seorang gadis berambut sebahu berdiri di sebelahnya sambil menunduk. Seena tau dia itu takut padanya, padahal ya Seena memang nakal tapi dia tidak jahat pada gadis itu, kan? Bahkan kemarin pagi Seena yang menolongnya bersama Anggi.
''Ya, kenapa Sa?'' tanya Seena yang masih sibuk duduk sambil menggambar. Kali ini Seena menggambar apa yang ada di dalam imaginasinya. Seorang gadis dengan wajah samar yang berdiri diatas gedung bertingkat, dengan banyak orang dibawahnya dengan wajah tidak terlihat juga.
''Makasih ya,'' ucap gadis tadi sambil menyodorkan sebuah cardigan bersih kepada Seena. Seena menerimanya lalu mengangguk.
''Iya sama sama, lo udah nggak apa apa kan? Mereka masih bully lo nggak?'' tanya Seena, ia berhenti menggambar lalu menarik tangan Lisa untuk duduk di sebelahnya. Lisa menurut tapi masih menunduk, ia juga agak menjaga jarak dari Seena.
''E-enggak kok,'' jawab Lisa.
Seena mengernyit tidak yakin, ia ragu kalau Lisa tidak berbohong. Gadis itu tidak mau menatapnya dari tadi. Memangnya dia semenakutkan itu ya? Padahal saat bercermin, Seena sering mengagumi kecantikannya sendiri. ''Lo setakut itu sama gue? Atau ada yang lo sembunyiin?'' Tanya Seena.
Lisa mengangkat wajahnya lalu menatap Seena, tapi Seena yang menatapnya balik membuat Lisa semakin takut. ''B-beneran kok, mereka--''
''Mereka masih bully lo, dan lo cuma diam? gue udah bilang kan, Sa lo harus berani. Jangan kelihatan lemah di depan banyak orang, lo itu punya harga diri. Lo harus lawan,'' ucap Seena, dia meletakkan papan gambarnya di sampingnya lalu berdiri di depan Lisa.
''Gue nggak bisa,''
''Lo bukan nggak bisa, lo cuma takut. Memangnya lo mau kayak gini terus?'' Tanya Seena yang dijawab gelengan pelan oleh Lisa.
''Nah, kalau gitu lawan. Lo bisa bilang sama gue kalau mereka gangguin lo lagi. Tapi lo nggak bisa bergantung sama gue, karena suatu saat kita pasti pisah sekolah.'' ucap Seena, ia kembali duduk di sebelah Lisa. ''Lo itu kuat, Sa. Lo harus bisa kendaliin diri lo sendiri, jangan sampai mereka yang pegang kendali lo.'' lanjutnya, Seena mengambil gambarannya beserta seragam dan kotak pensil di sebelahnya lalu pergi setelah menepuk pundak Lisa.
Lisa terdiam tapi ia mengangkat wajahnya lurus, ''Iya, Seena bener. Gue bisa,'' gumamnya lalu berdiri dan berjalan keluar lapangan basket.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST [✔]
Teen Fiction"Papa pura pura sayang ya sama aku, 15 meniiitt aja. Biar aku tau rasanya punya papa yang sayang sama aku, walaupun cuma pura pura." Seena mengerti seperti apa kehidupan yang ia jalani saat ini. Sebuah kehidupan dengan dirinya sebagai peran utamanya...