[27.Saling terluka.]
''Kehilangan itu nyata, begitu juga rasa sakitnya. Tapi, apakah masih ada yang lebih sakit dari ini? Jika iya, aku tidak akan siap.''
.
Ada banyak hal yang Samuel tidak tahu tentang Seena. Saat dirinya berpikir bahwa Seena adalah gadis yang mudah ditebak, ternyata dia salah. Seena jauh lebih misterius dari yang ia kira. Seena pandai menyembunyikan perasaannya dan apapun yang terjadi padanya.
Samuel tau, Seena juga sedang rapuh sepertinya. Tapi gadis itu bisa terlihat baik baik saja saat menjaganya. Seena mampu menahan semuanya dengan baik, tidak sepertinya. Hanya dengan menatap wajah Seena saja, Samuel sudah dibuat menangis histeris.
Setelah ia melepaskan bebannya kemarin, Samuel tertidur pukul 8 malam. Selama itu Samuel menangis di pelukan Seena, sejak gadis itu datang pukul 5 sore. Dan sekarang ia terbangun pukul 6 pagi, tapi tidak mendapati Seena di dalam kamarnya. Apa gadis itu pergi? Seena marah padanya? Atau Seena justru membencinya karena berpikir kalau Samuel itu cowok cengeng yang tidak pantas bahkan untuk sekedar menjadi temannya.
Samuel mendudukkan dirinya di atas ranjang, matanya menatap kosong ke depan. Dia pasti berhalusinasi tentang Seena hingga tertidur seperti ini. Padahal, jauh di dalam hatinya Samuel masih ingin Seena ada di sini. Jika itu bukan mimpi, Samuel sangat ingin ada Seena sungguhan di depannya seperti kemarin.
''Lo udah bangun? Sarapan dulu ya,'' ucap Seena sembari membawakan nampan berisi makanan dan segelas susu untuk Samuel.
Samuel menoleh ke sumber suara, Seena sungguhan ada. Gadis itu bukan mimpinya. Dan ia ada di sini sekarang. Ia tidak melepaskan pandangannya pada Seena sama sekali, gadis itu terlalu sayang untuk dilewatkan. Sampai Seena duduk di sebelahnya sambil menyodorkan sesendok sup ayam, Samuel baru tersadar akan lamunannya.
''Mangap nggak lo!'' ucap Seena kesal. Samuel hanya menatapnya sejak tadi, dia sampai pegal memegangi sendok itu di depan mulut Samuel.
''Lo Seena?'' tanya Samuel.
Seena meletakkan sendoknya kembali ke dalam mangkuk lalu dengan kesal menatap Samuel. ''Lo nggak mungkin amnesia cuma gara gara kepentok lemari, kan, Sam?'' tanya Seena sambil menoyor kepala Samuel.
Samuel mengaduh pelan sambil mengusap kepalanya sendiri. Itu benar benar Seena si gadis bar bar.
Seena memandangi Samuel yang hanya diam, tidak membalas perbuatannya sama sekali. Pemuda itu malah tertunduk dan tidak lama beberapa tetes air turun dari kedua matanya. Samuel dengan cepat menghapusnya sebelum Seena melihatnya. Tapi terlambat, Seena sudah tahu.
Seena menarik wajah Samuel agar menatapnya, ''Heh, Sam kenapa? Sorry sorry, perasaan gue mukulnya nggak kenceng banget deh. Biasanya juga lo nggak apa apa, kan gue gebukin?'' Ucap Seena sambil memeriksa kepala Samuel dengan panik.
Samuel menarik wajahnya dari tangan Seena, ia lantas menggeleng, ''Gue kangen mama,''
Tatapannya menyendu, hilang sudah kekesalah yang Seena rasakan. Ia meletakkan mangkuk sup itu ke atas meja lalu mengambil kedua tangan Samuel. ''Gue tau apa yang lo rasain, lo berhak sedih kok, lo boleh nangis sepuasnya. Tapi jangan sampai lo nyiksa diri sendiri karena rasa sedih itu.'' ujar Seena, sebisa mungkin ia harus membuat Samuel tidak sekacau kemarin. Tidak mungkin rasanya Seena meninggalkan Samuel dalam keadaan hancur lagi. ''Makan ya,'' ucapnya.
Pemuda itu diam saja dengan tatapan kosong, Samuel tau tidak seharusnya ia begitu. Tapi rasanya sangat sulit saat kehilangan satu satunya orang yang selama ini peduli padanya. Menyayanginya dan memperlakukannya seperti manusia, bukan budak nilai. Walaupun saat ini, Samuel punya Seena yang juga melihatnya begitu, tapi rasanya berbeda karena Anjani dan Seena pernah menjadi segalanya untuk Samuel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST [✔]
Teen Fiction"Papa pura pura sayang ya sama aku, 15 meniiitt aja. Biar aku tau rasanya punya papa yang sayang sama aku, walaupun cuma pura pura." Seena mengerti seperti apa kehidupan yang ia jalani saat ini. Sebuah kehidupan dengan dirinya sebagai peran utamanya...