[21.Dia yang datang kembali.]
''Tau nggak, gimana rasanya meninggalkan cinta sebelum sempat saling mengungkapkan?''
.Seena berjalan sendirian menyusuri jalan raya ini dengan langkah pelan. Kedua tangannya memeluk dirinya sendiri merasakan dinginnya angin sore yang perlahan menusuk seluruh tubuhnya. Rambut panjangnya berterbangan tertiup angin yang lumayan kencang, tapi bahkan ia tidak mau repot repot peduli. Kepalanya sudah cukup terisi penuh dengan kebencian dan kemarahan. Kepalanya panas, bahkan seolah siap meledak kapan saja.
Jam menunjukkan pukul setengah enam petang, sudah hampir 2 jam Seena berjalan tidak tentu arah. Ia tidak ingin pulang dulu, tapi sepertinya ia juga tersesat. Kedua kakinya sudah gemetaran, rasanya sakit karena terlalu lama berjalan.
''Gue harus gimana?'' gumamnya sejak tadi. Ia terus bertanya entah kepada siapa, dia bingung harus berbuat apa. Papanya itu terlalu kejam untuk ia bisa memohon. Bahkan sampai ia menangis air mata darah pun, Danis tidak mungkin mau menuruti kemauannya.
Bahkan sekali saja, tidak pernah permintaan Seena dituruti olehnya.
Waktu terus berputar, hari semakin malam dan Seena merasa kalau dirinya benar benar tersesat. Ia tidak tahu saat ini dia ada dimana. Semakin ia jauh berjalan, maka jalanan akan semakin sepi. Ia mulai kebingungan mencari jalan pulang.
Tiba tiba di belakangnya muncul seorang pria yang sepertinya seumuran dengan Seano. Ia mengikuti Seena kemanapun gadis itu melangkah membuat Seena ketakutan. Sampai akhirnya dia sampai di sebelah Seena, mencolek dagu gadis itu genit.
''Hai cewek, sendirian aja.'' ucap laki laki itu, Seena spontan langsung menampar pipinya kuat kuat. Berani beraninya dia menyentuh Seena tanpa ijin.
Laki laki itu tertoleh ke samping sambil memegangi pipinya, ia tersenyum mengerikan lalu kembali berjalan di sebelah Seena. ''Cewek cantik kok kasar banget sih, mau kemana? Abang anterin yuk,'' laki laki itu dengan lancang memegang tangan Seena.
Seena meronta sambil memukuli tangan cowok yang mencengkeram kuat pergelangan tangannya itu. Tapi mungkin karena terlalu lemas, kekuatan dan tenaga Seena yang sangat besar itu hilang begitu saja. Seena tidak bisa melawannya seperti biasanya dia memukuli musuh musuhnya.
''LEPAS! JANGAN KURANG AJAR YA, GUE TERIAK NIH!'' jeritnya sambil berusaha menarik tangannya dari cekalan pemuda itu.
''Teriak? Teriak sana, kayak bakal ada yang denger aja.'' ucap pemuda itu angkuh, ia kembali menarik narik Seena untuk ia bawa pergi. Tapi Seena benar benar berteriak, walaupun ia tau jalanan sedang sepi. Dan kemungkinan orang mendengarnya sangat sedikit.
''TOLONG, LEPASIN GUE IH, JELEK! lo kalau mau jadi penjahat gantengan dikit kenapa sih? Udah jelek sok sokan godain cewek lagi. Lepasin!'' Ucap Seena kesal.
Pemuda itu mengumpat beberapa kali karena ejekan Seena, tapi tidak melepaskan cekalannya. Ia terus menarik Seena entah kemana menyusuri jalanan yang sepi ini.
''Cantik cantik kok mulutnya pedes banget sih,'' ucap si pemuda tadi.
''KALAU TAU GUE CANTIK, KENAPA COWOK JELEK KAYAK LO MASIH COBA COBA GODAIN GUE HAH? selera lo ketinggian, makannya ngaca dulu kalau mau keluar rumah!'' Ucap Seena sambil menendang tulang kering pemuda itu kuat kuat, setelah lepas dari cekalannya ia berlari sekuat tenaga menjauhi pemuda itu.
Entah menuju kemana jalanan ini, Seena hanya mengikuti instingnya. Pemuda itu masih mengejarnya walaupun Seena sudah berlari sangat jauh. Seena ngos ngosan, dia sudah terlalu capek untuk berlari. Tapi pemuda itu masih saja mengejarnya. Mau tidak mau, dengan sisa tenaganya ia terus berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST [✔]
Fiksi Remaja"Papa pura pura sayang ya sama aku, 15 meniiitt aja. Biar aku tau rasanya punya papa yang sayang sama aku, walaupun cuma pura pura." Seena mengerti seperti apa kehidupan yang ia jalani saat ini. Sebuah kehidupan dengan dirinya sebagai peran utamanya...