[5.Akhirnya...]
''Karena kita tidak tau siapa saja yang selalu memperhatikan kita dalam hening.''
.
Anggi dan Cara berpisah di depan kelas Cara. Kini hanya tinggal Anggi sendiri yang berjalan menuju kelasnya. Gadis itu bersenandung pelan bersamaan dengan langkah kakinya yang sedikit melompat riang.
Sebenarnya sebuah kejutan untuk Anggi bisa bersahabat dengan dua senior seperti Seena dan Cara. Dua manusia dengan sifat yang sangat berbanding terbalik. Cara yang pendiam tapi jika bicara tidak pernah memakai filter. Dan Seena yang sangat cerewet dan badung setengah mati. Bagaimana bisa mereka dipertemukan dalam satu lingkungan yang sama.
Dulunya, ia dan Seena adalah teman saat masih kecil. Mereka tak jarang bermain bersama sampai saat pertama kali mereka bersekolah, mereka mulai jarang bermain hingga lost kontak sampai beberapa bulan yang lalu.
Saat itu hari pertama Anggi masuk SMA. Dia masih belum tahu letak ruangan di dalam sekolah barunya itu terutama kelasnya. Dan saat itu dia melihat seorang gadis tengah duduk di atas pagar dinding yang menghubungkan sekolah dengan jalan raya. Dia mengernyit karena seperti mengenal sosok itu.
''Sepertinya nggak asing.'' gumamnya.
Otaknya terus berusaha mengingat siapa sosok di depannya itu. Hampir semua nama temannya ia absen satu persatu sampai kepalanya menemukan satu nama yang sangat familiar dan membuatnya kegirangan.
''Seena!'' Anggi berseru senang lalu berlari mendekati Seena yang kini menoleh bingung.
''Woy, slow sist. Gue memang pendek tapi gue masih senior lo di sini.'' ucap Seena sambil mengayunkan kakinya melompati dinding dan meloncat turun ke depan Anggi.
''Lo siapa? kok bisa tahu nama gue? Gue nggak sefamous itu sampai junior baru harus tahu.'' tanya Seena.
Anggi tak segan memukul kepala Seena sambil tertawa. Dia menarik Seena lalu merangkulnya erat.
''Heh, jangan sok akrab lo, lepasin nggak! Gue teriak nih.'' seru Seena sambil memberontak.
''Gue Anggi, Astaga lo lupa?'' ucap Anggi akhirnya. Dari pada dia diteriaki oleh Seena kan tidak lucu.
''Anggi teh saha? gue nggak kenal ih, lep---'' Seena berhenti berucap lalu mendorong Anggi kuat.
''---as, ANGGI? HEH, LO ANGGI?'' teriak Seena setelah melihat wajah Anggi dengan saksama.
Mereka berpelukan erat setelah lama tidak bertemu. Sekitar sembilan tahun lamanya dan akhirnya dipertemukan lagi dalam SMA yang sama.
Anggi tersenyum mengingat perjumpaannya dengan Seena dulu. Yang kemudian mengenalkannya dengan Cara hingga bisa bersahabat sampai sekarang.
Sambil bersenandung kecil, ia berjalan melewati beberapa kelas untuk sampai kekelasnya. Tanpa sadar dari belakangnya dua orang yang sedang berkejaran menuju ke arahnya. Anggi tertabrak dengan tidak estetik. Setelah terbentur tembok ia jatuh terduduk di lantai. Sedangkan dua orang tadi seolah tidak peduli. Mereka berlari semakin menjauh tanpa mempedulikan Anggi yang sudah mengumpati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST [✔]
Ficção Adolescente"Papa pura pura sayang ya sama aku, 15 meniiitt aja. Biar aku tau rasanya punya papa yang sayang sama aku, walaupun cuma pura pura." Seena mengerti seperti apa kehidupan yang ia jalani saat ini. Sebuah kehidupan dengan dirinya sebagai peran utamanya...