[16.Luka dan Trauma.]
''Jangan ulangi cerita buruk itu, tapi jika sudah terlanjur, mencoba terbiasa adalah jalan satu satunya untuk terlihat baik baik saja.''
.Samuel memeluk tubuh Seena yang nyaris tenggelam di lautan. Gadis itu menangis sesegukan melihat tubuh gadis lain yang tadi ia lihat sempat melambai kearahnya.
Keduanya saat ini tengah berdiri hampir ketengah laut. Saat Samuel melihat Seena dengan langkah lebar berusaha memasuki laut yang dalam untuk memperingati seorang gadis yang akan bunuh diri dari atas tebing.
Gadis itu terlanjur melompat, dan Seena nyaris tenggelam jika saja Samuel tidak cepat menyelamatkannya. Laki laki itu langsung mengangkat Seena dan memeluknya di tengah laut. Ia tidak tahu nasib gadis yang terjun bebas tadi, tapi kemungkinan besar ia sudah mati karena batu karang yang begitu banyak di bawanya.
Seena memeluk leher Samuel erat tanpa bisa mengurangi isak tangisnya. Ia takut, ia benci selalu dihadapkan dengan posisi seperti ini. Satu lagi seorang murid SMAGARSA mati bunuh diri dan kali ini dia orang yang pertama kali melihatnya. Dan Seena benci, kenapa ia tidak bisa melakukan apapun untuk mencegahnya.
Orang orang berdatangan, beberapa masuk ke air untuk mendekati Samuel yang masih memeluk Seena di tengah laut. Al berdiri di sebelah Samuel dan Seena.
Air menggenang hingga sebatas dada Samuel dan Al. Tapi untuk Seena, gadis itu bisa tenggelam jika tidak diselamatkan. Melihat Al yang berdiri di dekatnya, Seena berpindah ke pelukan Al masih dengan tangisnya.
''Al, gue takut.'' Ucap Seena sesegukan. Al bisa merasakan pelukan Seena di lehernya sangat kuat, juga seluruh tubuh gadis itu yang dingin dan bergetar hebat.
''Nggak apa apa, Seen. Ada gue di sini, lo aman tenang aja.'' Ucap Al sambil memeluk Seena dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mengelus kepala Seena agar gadis itu bisa tenang.
''T-tapi, Nadira, D-dia di-dia, Al---'' Seena semakin menangis mengingat dirinya yang mencoba menghentikan niat teman sekamarnya itu untuk bunuh diri tadi gagal.
Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat bagaimana gadis itu tersenyum padanya sambil melambai lalu dengan sekali tarikan nafas, Nadira terjun ke laut. Dan Seena menyadari, itu hembusan nafas terakhir Nadira.
Pak Sudarman beserta beberapa guru yang lain datang untuk membantu membawa Seena ke pinggir laut.
''Al, Sam, Seena dibawa ke pinggir aja dulu. Nggak aman kalau kalian terus di sini.'' Ucap pak Abdi yang diangguki oleh Al.
Pemuda itu langsung mengangkat Seena dengan tangan kiri di punggung dan tangan kanannya di bawah lipatan betis dan paha gadis itu. Seena meringkuk memeluk Al sambil menangis tersedu sedu. Ia ketakutan dan gemetaran.
Tidak ada yang bisa menyelamatkan Nadira, gadis itu sudah hilang ditelan ombak di tengah laut. Bahkan kemungkinan terburuknya, jasad Nadira sudah habis menjadi santapan ikan ikan besar. Tapi meski begitu, semua itu hanya sebuah kemungkinan, tim sar masih mencoba mencari jasadnya dengan harapan semoga masih bisa ditemukan.
Al mendudukkan Seena di tepi pantai, ombak masih sesekali menyapu badan mereka. Tapi seolah mati rasa, tidak ada yang mempedulikannya.
Seena masih memeluk erat leher Al. Sisa sisa ketakutannya masih terbayang bayang sampai sekarang. Begitu juga bagaimana cara Nadira menjatuhkan dirinya sendiri ke dalam ombak laut yang di bawahnya penuh batu karang lancip menumbuhkan trauma besar di diri Seena. Gadis itu menambah kesakitan di dalam relung hatinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST [✔]
Teen Fiction"Papa pura pura sayang ya sama aku, 15 meniiitt aja. Biar aku tau rasanya punya papa yang sayang sama aku, walaupun cuma pura pura." Seena mengerti seperti apa kehidupan yang ia jalani saat ini. Sebuah kehidupan dengan dirinya sebagai peran utamanya...