[4.Kesalnya si kulkas bernyawa]
''Kebaikan di dalam sini hanya omong kosong dan yang di sebut sebagai keadilan hanya sebuah keformalitasan.''
.
Tring....Seena yang tengah mencoba tidur kembali terjaga saat mendengar suara notifikasi dari ponselnya. Temannya tidak banyak, hanya Caramel, Anggica dan Aldebaran mungkin. Selain itu hanya teman teman biasa yang sangat jarang akan mengirimkan pesan padanya. Jadi kemungkinan besar itu hanya notifikasi grup kelas saja. Seena memutuskan untuk membiarkan hingga besok pagi saja.
Tring....
Satu lagi suara notifikasi dan Seena masih di tempatnya. Dia tetap mengacuhkan ponselnya dan fokus untuk menuju alam mimpi.
Tring...
Tring...
Tring...
Tring...
Brak
Seena menggebrak bantal yang dipakainya tadi dengan kesal lalu bangkit dari baringannya.
''Ish, siapa sih?! ganggu orang aja, nggak sabaran banget deh. Gue 'kan juga punya kesibukan!'' gerutu Seena sambil berjalan kearah tempat tidurnya untuk mengambil ponsel.
Terlihat beberapa pesan yang terus berdatangan dari satu nomor yang sama. Seena bahkan tidak tahu itu nomor siapa. Tidak ada divdalam kontaknya.
Tiba tiba ponselnya berdering. Terdapat sebuah panggilan masuk dari nomor tadi.
''Halo?! Woy lo itu ngerti sopan nggak sih?! Gue lagi mau tidur, lo diem dulu kek. Ah kesel gue. Ada masalah apa lo sama gue? Mau berantem? sini maju jangan cuma berani di chat doang!'' cerocos Seena tanpa henti bahkan sebelum sapaannya dibalas. Orang yang menelfonnya pun hanya diam mendengarkan omelan Seena yang entah akan sampai dimana.
''Hallo? lo masih di sana 'kan? Lo ngomong dong ah! Ada urusan apa sih lo sama gue?'' tanya Seena kesal sendiri. Padahal dari tadi dia yang terus bicara tanpa jeda bagaimana cara orang itu mengatakan tujuannya?
Tut tut tut
Seena menganga menatap layar ponselnya yang menampilkan beranda chatnya seperti biasa. Panggilan telfon diakhiri secara sepihak oleh si penelfon yang tidak mengucapkan sepatah kata pun. Pikirannya tertuju pada 10 chat yang belum ia baca. Dari nomor tadi!
* * *
Al memarkirkan motornya di dalam garasi. Setelah menutup pintu garasi ia segera masuk ke dalam rumahnya. Ia rindu dengan kasur empuk di kamarnya. Punggungnya serasa mau patah gara gara pekerjaan menjadi ketua osis yang sangat menguras tenaga.
Ngomong ngomong soal ketua osis, dia masih punya satu tugas yang belum selesai. Membuat list siswa yang mengikuti ekstra kurikuler. Ah padahal dia sudah sangat lelah.
Al melewati ruang keluarga dan mendapati ayah dan bundanya yang tengah duduk divsofa sambil menonton televisi. Mereka duduk berdekatan sambil memakan camilan dari dalam toples yang sama. Sebelah tangan ayahnya ada di sandaran sofa belakang bundanya. Jika dilihat kedua orang tua Al itu sangat romantis bahkan diusia mereka yang sudah tidak lagi muda.
Al sering iri dengan kemesraan kedua orang tuanya. Dia itu anak satu satunya. Dirumahnya juga hanya ada dirinya dan orang tuanya. Dan setiap hari hanya ada pemandangan romantis mereka yang membuat jiwa jomblo Al meronta ronta.
''ASSALAMUALAIKUM.'' teriak pemuda itu sambil meletakkan kunci motor di atas meja. Bunda dan Ayahnya terkejut dan hampir saja membanting toples kaca di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST [✔]
Novela Juvenil"Papa pura pura sayang ya sama aku, 15 meniiitt aja. Biar aku tau rasanya punya papa yang sayang sama aku, walaupun cuma pura pura." Seena mengerti seperti apa kehidupan yang ia jalani saat ini. Sebuah kehidupan dengan dirinya sebagai peran utamanya...