[22.Pecundang.]
''Mengapa tak bisa dirimu yang mencintaiku tulus dan apa adanya? Aku memang bukan manusia sempurna, tapi ku layak di cinta karena ketulusan.''
.
S
uara riuh tepuk tangan terdengar saat seorang pemuda tampan berkaca mata berjalan menuruni panggung dengan gitarnya. Hampir semua gadis di SMAGARSA mengidolakan sosoknya yang dikenal tegas tapi baik hati dan ramah. Aldebaran namanya, yah biasanya dipanggil Al. Tapi beberapa siswa tidak tahu diri sering memanggilnya Alambaka.
Contoh: Seenara Goblok Airlangga
Al berjalan dengan gagah menuruni panggung sambil menebarkan senyuman memesonanya. Tolong ingatkan Al kalau dirinya tidak se-artis itu.
''Udah tebar pesonanya, lo udah di bawah.'' ucap Anggi dengan wajah kesal. Al masih saja tersenyum ganteng saat dirinya sudah ada di bawah panggung bergabung bersama penonton yang lain.
''Nggak usah cemburu gitu dong, kan hatinya cuma buat lo doang.'' ucap Al yang seketika membuat pipi Anggi memerah. Gadis itu memasang ekspresi mau muntah padahal yang terjadi sebenarnya justru perutnya yang terasa seperti dipenuhi ribuan kupu kupu.
''Jijik, sana jauh jauh! Siapa juga yang cemburu,'' ucapnya. Tapi dalam hati ia tertawa senang.
Al merangkul Anggi agar mendekat kepadanya, ''Nggak ah, mending deket deket aja.'' ucap Al.
Anggi tidak menolak, ia tersenyum diam diam saat tangan Al melingkar di pundaknya. Sebahagia itu saat ia bisa menonton pensi akhir tahun pertamanya di SMA bersama pacar barunya, si ketua osis SMAGARSA.
Iya mereka pacaran, baru kemarin Al nembak Anggi. Setelah peristiwa Anggi yang ketiduran di rumah Al waktu itu, mereka jadi semakin sering ketemu. Entah bagaimana caranya, ada saja peristiwa yang mempertemukan mereka. Sampai akhirnya Al dan Anggi saling suka lalu mereka jadian.
''Kalian sejak kapan romantis gini?'' Tanya Cara yang tiba tiba ada di belakang keduanya. Di sebelah Cara ada Gildan, cowok yang dari beberapa hari yang lalu terus mengejar Cara agar mau menjadi pacarnya.
Ada juga Seena yang datang bersama Rendy, seperti janji mereka kemarin.
''Sejak kemarin, maybe.'' Ucap Al.
''Kalian udah jadian ya?'' tanya Gildan. Anak itu memang sangat mudah bergaul dengan orang lain. Baru beberapa minggu pindah ke SMAGARSA dia sudah akrab dengan beberapa teman dan seniornya.
''Smart boy,'' ucap Al lagi masih dengan sebelah tangan yang memeluk leher Anggi.
Anggi hanya diam saja, dia sudah terlalu malu karena semua temannya malah tau kalau ia baru saja jadian dengan ketua osis ganteng itu. Sedangkan Cara malah bersikap biasa saja, dia tidak terkejut dengan berita itu. Selama berteman dengan Anggi dan Seena, Cara bisa dengan mudah membaca mimik wajah dan arti dari ekspresi kedua temannya itu. Ia sudah menebak hal itu akan terjadi.
''Wah selamat ya, kak Al sama Anggi. Car, jadian juga yuk.'' ucap Gildan pada Cara sambil merangkul bahu gadis itu. Entah bagaimana caranya bisa mengajak Cara ke acara pensi ini sebagai pasangannya. Padahal jika dilihat dari perjuangannya saat mendekati Cara, gadis itu selalu ketus padanya.
Cara menyingkirkan tangan Gildan dari pundaknya, ''Bahkan enggak dalam mimpi lo Gil, jauh jauh sana!'' Cara mendorong jidat Gildan menggunakan telunjuknya.
''Yaudah besok aku coba lagi,'' ucap Gildan sambil tersenyum manis.
Mana mungkin seorang Gildan menyerah begitu saja. Ia akan terus berusaha mendekati Cara, karena ia yakin bisa memenangkan hati gadis itu. Buktinya, saat ini Cara sudah tidak segalak kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST [✔]
Teen Fiction"Papa pura pura sayang ya sama aku, 15 meniiitt aja. Biar aku tau rasanya punya papa yang sayang sama aku, walaupun cuma pura pura." Seena mengerti seperti apa kehidupan yang ia jalani saat ini. Sebuah kehidupan dengan dirinya sebagai peran utamanya...