20.Tidak bisa menentang

322 22 0
                                    

[20.Tidak bisa menentang.]

''Aku cuma ingin diperlakukan seperti manusia pada umumnya, tidak perlu menganggapku seperti ratu, cukup diakui dan disayangi dengan tulus aku sudah merasa cukup.''

.

''Jauhi anak itu! papa nggak suka kamu berhubungan sama dia.''

Danis duduk di sofa ruang tamu sambil menghadap laptopnya. Kacamata baca bertengger di hidungnya, agak melorot ke bawah karena ia menunduk. Fokus matanya berada di benda persegi panjang di depannya, tapi yang ia ajak bicara ada di sebelahnya. Agak jauh.

Seena melambatkan jalannya sambil mengernyit bingung. Dia baru pulang dan papanya menyambutnya dengan ucapan ketus mengandung keegoisan itu. Apa yang Danis pikirkan?

Merasa tidak ada respon apa apa dari papanya sejak ia tatap, Seena mengendikkan bahunya acuh lalu melanjutkan jalannya menuju kamar.

''Papa bicara sama kamu, Seenara!'' Ucap Danis menyentak. Ia melepaskan kacamata yang ia pakai tadi, meletakkannya asal ke atas meja lalu berdiri. ''Jauhi laki laki itu, papa nggak suka sama dia!''

Seena berbalik, ''Dia siapa?''

''Jangan pura pura bodoh! Anak laki laki tadi, yang mengantar kamu pulang! Papa mau kamu--''

''Kenapa? Apa alasannya papa minta aku jauhin Samuel?'' potong Seena.

Seketika Danis naik pitam karena merasa dilawan oleh putrinya sendiri, ''Nurut apa kata papa, Seena! Nggak usah banyak tanya!''

''Aku harus tau alasan papa dong, nggak adil kalau papa minta aku jauhin Samuel tanpa alasan!''

''Dia bukan laki laki yang baik!''

''Apa papa udah merasa jadi laki laki yang baik?'' tanya Seena.

Danis melangkah cepat mendekati Seena, ''Jaga bicara kamu sama papa!'' Ucapnya menunjuk Seena dengan jarinya.

Seena menepis telunjuk papanya yang mengarah ke wajahnya itu, ''Kalau papa adalah laki laki yang baik, mama nggak mungkin pergi ninggalin kita selama ini. Itu udah cukup membuktikan kalau papa bukan yang terbaik.'' ucap Seena dengan berani.

''SEENA!''

''Papa nggak lebih dari seorang laki laki biasa yang sialnya merasa tinggi karena hartanya. Papa nggak bisa ngejudge Samuel begitu aja kalau papa sendiri nggak lebih baik dari dia!''

Plakk

''JAGA BICARA KAMU, SEENA! DASAR ANAK NGGAK TAU DIRI!'' sentak Danis setelah menampar Seena kuat kuat. Tidak hanya pipinya yang sakit, tapi kepala dan punggungnya juga karena Seena sampai terjauh dengan keras membentur tembok.

Dengan susah payah menahan sakitnya, Seena bangkit, ''Dan menurutku, Samuel jauh lebih baik dari papa. Jauh, sangat jauh!'' Ucapnya. Temboknya memiliki noda darah karena jidat Seena. Tapi gadis itu mendiamkan rasa sakitnya, ''Papa nggak pernah jadi papa yang baik, sekalipun enggak!''

''PAPA NGGAK PERNAH NGAJARIN KAMU BUAT JADI PEMBANGKANG, SEENA!''

''Oh ya? Memangnya apa yang pernah papa ajarin ke aku? Jadi pembisnis yang culas? Nggak jujur dan selalu mementingkan kemenangan daripada keadilan?'' tanya Seena. Ia meraih tas sekolahnya yang tadi sempat terjatuh saat ia ditampar oleh Danis. ''Keluarga Aldebaran ngajarin aku untuk selalu jadi baik apapun kondisinya. Aku nggak mau jadi kayak papa!''

Seena menyentak ucapannya lalu berjalan menjauh menuju kamarnya. Danis beberapa kali meneriakkan namanya tapi Seena tidak mau menghiraukan laki laki itu. Dia muak, dia kesal, dia emosi dan dia kesakitan lagi.

ECCEDENTESIAST [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang