''Katanya cinta tak pernah salah, takkan pernah berubah walau kadang hati tersakiti oleh salah. Katanya cinta tak pernah gagal, gagal tuk memaafkan karna cinta tak pernah salah, tapi mengapa cintaku kecewa?''
.Ruangan yang kini ditempati oleh Seena terlihat begitu sepi karena hanya ada Seena di dalamnya. Al dan Rendy berada di sekolah karena keduanya tidak bisa meminta ijin libur karena kesibukan masing masing. Al sebagai ketua osis tentu harus bertanggung jawab pada tugas tugasnya. Sedangkan Rendy yang sudah duduk di bangku kelas 12 harus banyak belajar dan tidak boleh meninggalkan materi sedikitpun demi nilai kelulusannya nanti.
Dengan berat hati, meski Seena mengijinkan sepenuhnya, kedua laki laki itu akhirnya meninggalkan Seena sendirian. Menitipkan gadis itu pada pihak rumah sakit dan seorang dokter khusus untuk mengecek keadaannya setiap satu jam sekali.
Seena berpikir di dalam kesepiannya, seandainya ia tidak pernah dilahirkan, apakah peristiwa seperti ini akan dirasakan oleh orang lain? Di saat keluarganya benar benar hancur, dan ada penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhmu dari dalam. Seena harap cukup dirinya saja yang merasakannya, karena rasa sakit itu begitu nyata membuatnya hampir tidak berdaya.
Seena pasrah pada Tuhannya, seandainya hidupnya memang tidak akan lama lagi, ia rela mati. Karena memang siapa lagi yang menginginkannya? Dia tidak punya siapa siapa yang bisa benar benar dipercaya. Mungkin ada beberapa, tapi setelah yang terjadi pada Anggi dan Cara membuat Seena takut untuk percaya lagi pada seseorang.
Di dalam lamunannya, Seena tersentak saat suara notifikasi dari ponselnya terdengar tiba tiba. Ia segera menyalakan benda pipih itu untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan siang siang begini.
Samuel: Kita putus ya
Kedua matanya terpejam. Seena mengulum bibir pucatnya dan menggigitnya kuat. Apalagi sekarang? Dia ditinggalkan lagi?
Tidak ada angin tidak ada hujan Samuel memutuskannya secara tiba tiba? Apa yang terjadi sekarang?
Seena: Kenapa, Sam? Aku ada salah ya?
Seena membiarkan tangis mendominasinya. Di ruangan itu ia merasa sendiri---dan ditinggalkan. Sejenak Seena mengatur pernafasannya. Ia benar benar lelah menangisi semuanya. Segala yang ia punya perlahan direnggut satu persatu oleh semesta. Entah itu memang bukan takdirnya atau dunia hanya tidak ingin melihatnya tertawa bahagia.
Samuel: Gue capek
Semakin deras lelehan air mata yang mengalir di pipi Seena. Meski gadis itu sekuat tenaga mencoba membendung air mata yang berjatuhan, namun nyatanya mereka jauh lebih kuat terjun bebas di kedua pipinya. Seena yang lemah adalah Seena yang sesungguhnya.
''Yaudah, kalau itu mau kamu. Memang lebih baik kita udahan,--- daripada kamu semakin tersiksa karena terjebak sama cewek penyakitan kayak aku.'' Ucap Seena. Kedua matanya menyendu, mencoba lebih keras lagi agar tidak kembali menangis sekarang.
Seena: ''Yaudah kita putus, Sam. Makasih ya udah pernah ada buat aku. Dan maaf, aku bukan yang terbaik buat kamu. I love you, Sam, bahkan sampai aku mati nanti, cuma kamu yang aku sayang.''
Setelah voice note yang Seena kirim sampai pada Samuel, gadis itu segera mematikan ponselnya. Meletakkan benda pipih itu di atas meja, lalu ---menangis.
Seena tidak pernah berpikir jika dunianya akan sekacau ini. Mimpinya akan sebuah dunia indah yang dipenuhi kebahagiaan, bersama papa, bersama mama, dan bersama orang orang yang ia sayang seketika hancur. Dalam sekejap saja, keretakan di dalam dunianya berubah menjadi puing puing yang tidak mungkin bisa disatukan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST [✔]
Teen Fiction"Papa pura pura sayang ya sama aku, 15 meniiitt aja. Biar aku tau rasanya punya papa yang sayang sama aku, walaupun cuma pura pura." Seena mengerti seperti apa kehidupan yang ia jalani saat ini. Sebuah kehidupan dengan dirinya sebagai peran utamanya...