8.Tidak Berhati

493 21 0
                                    

[8.Tidak berhati.]

''Tidak semua perbuatan memiliki alasan, tapi apa yang aku perbuat sekarang memegang sebuah alasan penting tanpa kamu tau.''

.

Seena dan Anggi mengobrol di atas tempat tidur Seena. Beberapa camilan yang baru saja diantarkan oleh maid di rumah Seena kini berada di pelukan keduanya. Mereka makan sambil tidak berhenti bercerita.

''Jadi, kasusnya beneran selesai? Maksud gue diberhentiin begitu aja?'' Seena mengunyah sebuah keripik manis di toples yang ada di pelukannya. Ia bisa melihat Anggi yang mengangguk biasa, ia geram tapi tidak bisa melakukan apa apa. ''Kalau aja dulu kita punya bukti kejahatan Reksa, itu bisa buat penjarain dia.''

''Percuma, mrs.Maria itu nggak akan menghukum mereka sebesar apapun kesalahannya.'' Ucap Anggi menggebu.

Cuaca sedang panas panasnya, Anggi haus dan kepanasan. Tapi dia malah disuruh mengambil buku paket di kantor guru. Katanya ada di meja pak Hadi, guru mata pelajaran matematika. Dia sendiri, tadinya mau ditemani Chantika teman sebangkunya. Tapi dia menolak, katanya dia bisa sendiri. Lagian percuma kalau ngajak orang juga, yang bawa pasti dia sendiri.

Ia berdiri di depan pintu ruang guru yang sedikit terbuka, memperlihatkan dua orang yang tengah bicara, mereka terlihat serius. Awalnya Anggi tidak ingin mempedulikannya, tapi begitu mendengar nama Lisa di sebut, ia jadi penasaran. Sepertinya menguping sebentar tidak masalah.

''Saya sudah menduga ini akan terjadi,'' Maria menatap kearah lain, di depannya ada sosok pria paruh baya yang menunduk takut.

''Maaf, apa anda sudah mengetahuinya sejak lama?'' tanya pria itu pelan. Maria bergeming di tempatnya, tangan kanannya meremas kertas putih yang ada di atas meja.

''Saya sudah tau kalau anak bernama Lisa itu mendapat perlakuan buruk dari senior dan teman sekelasnya sejak lama. Tapi saya membiarkannya, toh saya pikir ini hanya masalah remaja biasa.'' Jelas Maria, kepala sekolah berambut sebahu itu menyibakkan rambutnya dengan kasar. ''Bersihkan semua berita yang tersebar! Ini sekolah elite, dan kasus seperti ini bisa membuat nama sekolah kita jelek.'' Maria menatap tajam pria yang tertunduk didepannya itu.

Pria itu mendongak cepat menatap atasannya penuh tanya, bagaimana bisa kasus sebesar ini di lewatkan begitu saja? Sedangkan sudah sangat jelas kalau korbannya nyawa di sini. ''Tapi mrs. Ap--''

''Jangan membantah ucapan saya, kamu mau saya pecat?'' Potong Maria keras, ia menggebrak meja tanpa sadar membuat pria itu berjenggit terkejut. Ia segera mengangguk, sekasihan apapun dia dengan anak bernama Lisa itu, ia akan lebih kasihan dengan anak dan istrinya jika mereka tidak bisa makan.

''Keluar, selesaikan pekerjaanmu!'' Setelah itu, pria tadi segera beranjak pergi. Dalam hati ia meminta maaf pada Lisa karena tidak bisa menolongnya. Yah walaupun ia tidak sepenuhnya mengenal anak itu.

Anggi bersembunyi di balik tembok saat mendengar suara mrs. Maria yang menyuruh pria itu pergi. Ia mengepalkan kedua tangannya menahan geram, bagaimana bisa ada kepala sekolah secongkak itu? Pantas saja banyak murid yang tidak mendapatkan keadilan, ternyata penyebabnya adalah kuasa.

Lisa itu anak orang tidak punya, makannya ia menyandang gelar nerd, dan itu membuat banyak anak tidak mau berteman dengannya. Ia yakin, bullying yang diterima oleh Lisa sudah diketahui oleh para guru. Pantas saja tidak ada satupun dari mereka yang pernah muncul untuk membebaskan gadis itu karena memang mereka tidak ingin ada cap buruk untuk sekolah jika hal itu sampai ketahuan dan menyebar ke luar sekolah.

ECCEDENTESIAST [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang