''Sedikit kujelaskan tentang ku dan kamu
Agar seisi dunia tau.
Keras kepalamu sama denganku
Caraku marah caraku tersenyum
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karena denganmu.Aku masih ada sampai di sini
Melihatmu kuat setengah mati
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karena dengamu.''.
'
'Keadaan Seena semakin parah, sebagian syaraf di tubuhnya dinyatakan lumpuh. Kemungkinan untuk sembuh benar benar kecil.''
Ucapan dokter Fian--dokter yang menangani Seena kala itu benar benar membuat harapan yang sekecil debu itu hancur begitu saja. Rendy dan Al, dua orang yang mengetahui itu hanya mampu menyalahkan diri sendiri karena hal ini.
Andai saja tadi mereka menemani Seena sampai depan toilet, pastilah kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Seena tidak akan menjadi korban bully bahkan disaat kondisinya sedang benar benar tidak stabil. Seena yang malang harus dinyatakan lumpuh dengan kemungkinan sembuh yang hanya setipis kertas.
Orang orang membenci Seena. Itu yang dapat keduanya simpulkan saat ini. Gadis yang sebenarnya tidak bersalah itu harus terseret ke dalam permasalahan yang dibuat oleh ayahnya sendiri.
Jika Seena sedang dalam keadaan baik baik saja, mungkin orang orang itu yang akan babak belur di tangannya. Tapi mengingat kondisi Seena yang jauh dari kata baik, membuat gadis yang sekarang berambut sebahu itu harus dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan kritis. Orang orang tadi sempat beberapa kali memukul kepala belakangnya yang langsung berhubungan dengan syaraf.
Seena bisa bangun dengan kemungkinan hidup yang sangat tipis. Dan saat itu terjadi, dia akan lumpuh.
Rendy meninju tembok di dekatnya. Menatap Seena yang tidak berdaya di dalam ruangan berkaca tembus pandang itu membuatnya ikut sakit. Kenapa harus Seena? Kenapa harus gadis itu yang berada di dalam sana? Kasihan Seena, dia hanya ingin bahagia dengan cara yang sangat sederhana. Tapi dunia yang kejam menahan bahagianya hingga Seena ditikam oleh harapannya sendiri.
Al menepuk pundak Rendy sekali, menyadarkan cowok itu dari keterpurukannya sendiri.
''Kita harus buat Seena tersenyum untuk yang terakhir kalinya.'' Ucap Al kala itu. Rendy menatap ke arah Seena yang masih terbaring pingsan dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya. Miris, padahal Rendy hanya melihatnya dari kejauhan, tapi rasanya seperti dia ada di dekat Seena.
''8% presentase Seena bisa sembuh, apa yang bisa kita lakuin?'' Tanya Rendy pelan.
''Waktu kita nggak banyak, Seena bisa pergi sewaktu waktu walaupun kita nggak menginginkan itu.'' Ucap Al.
Rasanya seperti dejavu. Rendy pernah berada di situasi ini beberapa hari yang lalu. Ia yang berdiri di depan ruangan Seena, menatap gadis itu dari luar bersama Al yang tiba tiba memberikan kabar bahwa hidup gadis itu tidak akan lama lagi.
Mereka bukan Tuhan, tapi melihat kondisi Seena keyakinan mereka akan Seena yang bisa bertahan lebih lama lagi pupus begitu saja.
''G-gue---gue nggak siap kalau dia pergi.'' Gumam Rendy lirih.
''Maksudnya pergi?!''
Keduanya tersentak kaget saat suara seorang gadis terdengar tiba tiba. Anggi berdiri di belakang Al dan Rendy bersama Cara. Masih mengenakan seragam sekolah mereka, Anggi dan Cara menatap bingung sekaligus terkejut pada kedua laki laki di depan mereka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST [✔]
Teen Fiction"Papa pura pura sayang ya sama aku, 15 meniiitt aja. Biar aku tau rasanya punya papa yang sayang sama aku, walaupun cuma pura pura." Seena mengerti seperti apa kehidupan yang ia jalani saat ini. Sebuah kehidupan dengan dirinya sebagai peran utamanya...