26.Tentang kepergian dan kehilangan

384 25 0
                                    

[26.Tentang kepergian dan kehilangan.]

''Ibuku sayang, masih terus berjalan, walau langkah kakimu, penuh darah penuh nanah.''
.

Hari ini Samuel kembali tidak masuk sekolah. Entah apa alasannya, tapi sejak masuk tadi sampai sekarang bel pulang sudah berbunyi, Seena tidak melihat keberadaan laki laki itu sama sekali. Apa Samuel masih sangat membencinya sampai tidak ingin bertemu dengannya lagi? Ia tau kalau perkataannya waktu itu sangat keterlaluan, tapi Seena seperti tidak punya pilihan lain untuk membuat Samuel menjauhinya.

Setelah kejadian itu, ia sama sekali tidak pernah bertukar kabar lagi dengan Samuel. Bahkan hanya untuk sekedar menyapa lewat tatapan mata saja, Samuel seperti enggan melakukannya. Seena selalu bisa melihat luka di mata pemuda itu saat menatapnya. Dan beberapa hari ini ia melihat luka memar bahkan berdarah di beberapa bagian tubuh Samuel. Dan itu sering terlihat di jidat dan bibirnya.

Apa Samuel berkelahi?

Sebelum dengannya, Seena tidak pernah melihat laki laki itu berkelahi sampai bonyok begitu. Bahkan pukulannya saja tidak sampai membuat Samuel babak belur separah itu.

Jadi siapa orang jahat yang sudah membuat Samuel menjadi nakal? Seena yakin orang itu sudah memengaruhi pikiran Samuel agar menjadi anak nakal lagi.

Sebenarnya, sebelum mereka berbaikan, Seena tidak pernah merasakan hantaman tangan Samuel. Laki laki itu tidak pernah benar benar memukulnya dengan tenaga. Hanya mungkin menjegal kakinya, menarik rambutnya walaupun tidak terlalu kuat dan menepuk pipinya. Samuel itu tidak pernah menyakiti fisiknya sama sekali menurut Seena. Walaupun jika dilihat oleh orang lain, Samuel dan Seena itu berkelahi sungguhan.

Seena yakin ada masalah besar yang sedang dialami pemuda itu yang ia sendiri tidak tahu. Seena ingin tau, dan Seena ingin menemui Samuel. Tapi apakah mungkin kalau dia nekat menemui pemuda itu? Pasti ujung ujungnya Samuel akan mengusirnya.

Samuel sudah terlanjur membencinya, kan?

Beberapa saat ia masih termenung di kelas, bu Ani memutup pembelajaran hari itu lalu keluar sambil membawa buku bukunya. Baru saja para murid ingin berlari keluar, beberapa anak osis memasuki kelas sambil membawa kotak kardus berisi uang.

Kebetulan yang memasuki kelas IPA 4 ini adalah sang ketua osis, Aldebaran dan seorang anak laki laki yang sepertinya anggota osis juga.

''Maaf sebelumnya, kami dari pengurus osis SMAGARSA ingin meminta waktu teman teman semua sebentar.'' Ucap Al selaku ketua osis dan pembicara saat ini. Sedangkan temannya yang lain berdiri sambil memeluk kardus itu dalam diam.

Al melirik Seena sebentar yang dibalas tatapan bingung gadis itu, ''Sehubungan dengan berita duka yang baru saja kita dapat dari keluarga teman kita, Samuel Bryantara Adelio,--'' Al menggantungkan ucapannya. Ia menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan, kembali ia menatap Seena yang seketika menegang saat mendengar nama Samuel di sebut. ''--teman teman semua diminta untuk memberikan sumbangan seikhlasnya bagi yang berkenan atas meninggalnya tante Anjani, mama dari teman kita, Samuel.''

BRAK!

''Seen,''

Kedua mata Seena seketika memanas, ia berdiri sambil mendorong mejanya kuat kuat lalu berlari keluar mengabaikan teriakan Al dan pandangan teman teman di kelasnya.

Jadi ini jawaban dari kehawatiranya pada Samuel tadi? Pantas saja laki laki itu tidak berangkat sekolah. Seena yakin Samuel pasti sedang bersedih, dan pemuda itu membutuhkan teman untuk bisa menghibur rasa sedihnya. Walaupun Seena tidak yakin kalau Samuel akan menerimanya. Tapi paling tidak, ia bisa melakukan sesuatu untuknya.

ECCEDENTESIAST [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang