[7.Masa Skorsing.]
''Kita dua darah yang berbeda, yang selalu dipertemukan dalam situasi yang sama.''
.
Seena berjalan jalan di mall seorang diri. Tadinya ingin mengajak Seano tapi pemuda itu sedang ada jadwal kuliah pagi. Jadi ia memutuskan untuk berjalan jalan sendiri. Dia bosan di rumah karena tidak ada siapa siapa. Rumahnya yang sebesar itu di isi oleh beberapa maid memang, tapi ia tetap merasa sepi karena yang ia butuhkan adalah keluarganya. Bukan orang lain yang bersikap seperti keluarganya.Ia berhenti di depan toko sepatu, Seena yang memang penggemar sneakers langsung masuk untuk memilih beberapa yang ingin ia beli. Beberapa lorong ia susuri untuk melihat lihat entah itu sepatu laki laki atau perempuan. Bisa saja kan ia membeli satu untuk kakaknya juga.
Ia memilih sebuah sepatu adidas berwarna abu abu putih yang lebih besar dari kakinya. Ia rasa sepatu itu cocok untuk kakaknya, dan dari jauh saja rupanya sudah bagus. Ia yakin Seano akan suka. Saat akan mengambil sepatu itu, sebuah tangan juga mendarat disana. Mereka mengambil bersamaan tangan mereka nyaris bersentuhan.
Seena melirik orang di sebelahnya, pemuda tampan yang kelihatannya seumuran dengannya. Ia langsung melepaskan tangannya setelah beberapa saat menatap Seena dalam diam. Dia tersenyum lalu membiarkan Seena mengambil sepatu itu. ''Buat kamu aja,''
Seena merasa tidak enak dengannya, tapi sepatu itu bagus. Ia mau memberikan hadiah untuk kakaknya jadi akhirnya dia mengangguk sambil tersenyum canggung. ''M-makasih, maaf ya.''
''Untuk?'' pemuda itu mengangkat sebelah alisnya tanda tanya.
Seena mengebelakangkan rambutnya yang menganggu, ''Ya---buat ini.'' Ucap Seena grogi. Dia masih terpana dengan wajah tampan pemuda itu, bagaimana bisa ada orang dengan pahatan wajah sempurna bak dewa yunani seperti itu? Tapi Seena merasa seperti pernah melihat wajahnya.
Pemuda itu tersenyum, ''Maafnya diganti pakai yang lain aja gimana? Aku Rendy, nama kamu siapa?'' Ia mengulurkan tangannya kepada Seena.
Seena loading beberapa saat sampai akhirnya membalas jabat tangan pemuda itu. ''Seenara,'' Jawab Seena. Ia tersenyum sambil masih memandangi wajah Randy.
''So, Nara kamu sendirian? Nggak takut di gangguin orang gitu?'' tanya Randy setelah jabat tangan mereka terlepas. Ia berjalan pelan sambil memilih sepatu yang lain.
Seena mengikuti, ia juga masih mau memilih sepatu. ''Iya, kenapa harus takut? Nggak ada yang nyeremin kok, apalagi kalau orangnya kayak kamu.'' Seena menutup mulutnya sendiri setelah tanpa sadar mengeluarkan gombalan receh pada cowok yang baru ia kenal beberapa detik.
Ia malu, hancur sudah image yang baru saja mau ia bangun. Di hadapan cowok ganteng dia bertingkah abnormal seperti biasanya. Tapi ternyata reaksi Rendy malah di luar ekspektasinya.
Rendy terkekeh, ia mengacak rambut Seena pelan. ''Bisa aja sih, kamu kelas berapa?'' tanya Randy dengan tenang. Tidak sadar saja dia kalau Seena saat ini sedang meleleh karena perbuatannya yang kelewat manis --bagi Seena.
Sadar dari keterpakuannya, Seena berlari kecil menyusul Rendy yang sudah agak jauh. ''Kelas 2,'' jawabnya.
Randy berhenti berjalan, ia berbalik melihat Seena, ''SMP?''
''SMA!''
''Loh, aku kira masih SMP. Soalnya kamu kecil banget.'' Baru kali ini, ada yang bilang dia kecil tapi Seena nggak marah. Dia malah senang, merasa kalau artinya kecil itu imut. ''kamu lucu juga.'' Nah kan, Seena terbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST [✔]
Fiksi Remaja"Papa pura pura sayang ya sama aku, 15 meniiitt aja. Biar aku tau rasanya punya papa yang sayang sama aku, walaupun cuma pura pura." Seena mengerti seperti apa kehidupan yang ia jalani saat ini. Sebuah kehidupan dengan dirinya sebagai peran utamanya...