Halo semuanya, aku minta vote dan komen dari kalian ya. Sebagai dukungan untuk cerita ini 🥺
Terimakasih dan happy reading.💧💧💧
Track List Oceané :
One Direction - Strong
Aku menggulung mie goreng dengan garpu, tanpa sedikitpun ku makan. Hanya ku gulung-gulung dan kulihat mie keriting khas Indonesia ini.
"Cia? Lo kenapa?"
Aku menoleh kearah Aletta yang bertanya. Dengan hambar, aku mengusahakan untuk tersenyum. "Gapapa Al. Nih makan, gue kenyang soalnya."
"Siniin biar gue yang makan!" Aku kaget mendengar suara kak Gava dan kak Daren yang langsung saja duduk di sebelahku dan memakan lahap mie yang dari tadi ku gulung-gulung tanpa aku makan sedikit pun.
Ya setidaknya tidak mubazir lah, mie yang aku beli. Padahal aku tau banget, bahwa itu mie juga di beli pake uang. Uang aja susah, tapi dengan mudahnya ku biarkan mie itu terbuang sia-sia. Biarlah, memang saat ini aku tidak lapar, mau gimana lagi?
"Lo kenapa Cia? Ga biasanya lo kayak gini." Aletta masih saja bertanya, aku tau dia khawatir, kedua temanku adalah orang yang baik dan perhatian, dan aku sangat hargai itu.
"Jangan bilang gara-gara yang kemarin sore." Ucap Pije yang membuat kak Gava menghentikan makannya.
"Loh? Kenapa? Gue ketinggalan berita, right?" Tanya Aletta dengan muka bingung.
"Cia, udah, biarin aja. Bukannya gue mau matahin semangat lo, tapi disini gue cuma mau bilang, kalo Raga itu udah suka sama Celine dari sejak SMP. Kita udah satu SMP bareng Celine. Dan gue tau gimana Raga deketnya sama Celine dari dulu." Ucap kak Daren hati-hati, mungkin ia takut menyinggung perasaanku.
Seketika hatiku menjadi kecut. Rasanya mendadak sakit saja ketika mendengar penjelasan tersebut. Bagaimana mungkin aku bisa memalingkan kak Raga kepadaku? Sedangkan mereka sudah bersama sejak dari SMP lamanya.
Aku tersenyum manis kepada mereka, menegaskan bahwa aku baik-baik saja kok. Tidak masalah, ini hanyalah perasaan suka semata, toh aku hanya kepincut dalam pertemuan yang belum lama ini. Nanti akan hilang, kita lihat saja nanti.
"Kak, gue ga makan karena emang gue lagi ga nafsu aja, bukan karena kepikiran masalah yang kemarin, lagian gue juga sadar diri kok."
"Nah, ini nih yang gue ga suka dari lo, lo bilang sadar diri sadar diri gitu buat apa Ci? Tiap orang berhak kali buat jatuh cinta, bukan karena 'sadar diri' akan kekurangannya." Ucap kak Gava kepadaku.
Aku diam dan hanya menunduk, walaupun benar yang dikatakan kak Gava barusan, hanya saja mereka tidak pernah menjadi 'aku', tidak pernah menjadi seorang Cia yang berusaha mati-matian menahan malu, menahan cacian dan menahan bullyan.
Hal itu yang membuatku insecure untuk mendekat dengan cowok dari dulu. Hal itu juga yang membuatku tidak ingin berpacaran dari dulu, padahal kata orang aku ini cantik. Aku tidak ingin, aku takut jika pacar ku malu dan kena imbas, jadi biarlah aku hidup sendiri tanpa pacaran, itu lebih baik bukan?
"Cia, tenang aja. Gue sama Aletta ada kok buat lo. Move on aja dari kak Raga, cari yang baru okey? Gue bantuin dah." Ucap Pije tersenyum lebar.
Aku menanggapi dengan tertawa pelan. Bagaimana mau move on? Kami saja belum memulai, dan yang paling mirisnya, hanya aku saja yang memulai perasaan ini tumbuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oceané [END]
Teen Fiction"Lo itu anak dari seorang pelacur! Anak dari jalang malam!" Hai. Namaku Oceané Yasodana, kerap dipanggil Cia. Aku hanya gadis biasa, yang mempunyai kehidupan yang biasa juga. Mama ku adalah seorang Jalang. Emang kenapa sih kalo orangtua ku kupu-ku...