Dan akhirnya, akan selalu ada batas untuk setiap perjalanan, yaitu pulang.
~Cia
💧💧💧
Track List Oceané :
Mawar de Jongh - Saat Sedang Sayang Sayangnya
"Kenapa harus ke rumah sakit segala sih?!"
"Ssstttt diem."
Aku mendengus kesal. Sumpah demi rambut kiwilnya kak Kenzie, aku teramat kesal dengan sifat kak Raga yang 'panikan'. Udah tau ini jam 10 malam, masih sempat-sempatnya ke rumah sakit mengobati kaki ku yang luka.
Nih ya, ku ceritakan bagaimana lecet nya kaki kiri ku. Di bagian dengkul alias lutut, ternyata tergesek dengan aspal, dikatakan sobek besar sih enggak juga, tapi darahnya lumayan banyak. Awalnya aku memang tidak sadar, tapi setelah melihat darah yang menetes dari ujung celana ku yang basah, baru deh kerasa sakitnya.
Sisanya aman. Mungkin di bagian siku dan lengan tangan bagian kiri yang sedikit lecet-lecet kecil, karena tadinya terbentur; sedikit nyeri sih, tapi masih bisa di gerakin. Dan parahnya, laki-laki yang menghabiskan waktu seharian dengan ku tadi, malah panik dan langsung menyuruh kak Jordan otw rumah sakit.
Lebay bet sumpah!
Sedangkan motornya ditinggal begitu saja. Menurutnya, nanti bakalan ada yang jemput tuh motor. Biasalah orang kaya, punya banyak suruhan. Didalam mobil sekalipun, kak Raga jelas melihatkan raut wajah yang cemas, walaupun tertutup rapi dengan wajah datarnya.
Hah, ya sudahlah. Aletta saja sampai tertawa melihat kak Raga yang panik dan langsung membantu ku untuk masuk kedalam mobil. Oh ayolah, aku masih kuat berdiri, masih kuat berjalan. Bukannya nenek-nenek yang sudah sakit pinggang, buat jalan saja harus dipapah.
Dan sekarang, luka di kaki ku sedang di bersihkan oleh seorang perawat wanita. Nyeri sih memang, tapi sebenarnya bisa saja aku yang mengobati di rumah.
"Kak Jordan, Al, sorry ya. Gara-gara kita kalian sampai keluar malem-malem gini." ucap ku dengan tidak enak. Aletta mah santuy, tapi aku ga enaknya itu sama pacarnya. Raut wajahnya datar kayak dinding. Gimana ga kena mental breakdown coba?
Aletta tersenyum, "Gapapa Cia. Orang kita juga kebetulan tadi lagi makan di luar."
"Oh ya? Bucin banget sih kalian?"
"Lo lupa bawa kaca ya? Atau perlu gue beliin kaca yang gede, hm?"
Aku dan Aletta tertawa. Ya emang bener sih yang dikatakan Aletta, akhirnya aku merasakan juga dunia perbucinan. Bayangin, pulang sekolah aku langsung gercep mencari angkot dan siap-siap untuk ke mall bareng kak Raga. Kalo biasanya mah, ya udah jalan kaki aja pulang ke rumah. Bodo amat mau nyampe nya maghrib sekalian.
"Thanks bro." Kak Raga menepuk punggung teman laki-laki nya itu.
"Hm."
"Gimana yang punya plat? Udah ketemu?"
"Belum, masih diselidiki sama anak buah gue Ga."
Aku mengingat kembali bagaimana mobil berwarna silver dengan sengaja mendekat dan membenturkan sisi nya ke motor kak Raga. Kenapa aku langsung berfikiran itu sengaja? Mudah saja, ketika jalanan sepi dan hujan deras, tidak mungkin si pengendara mobil mengendarai dengan dekat yang hanya sejengkal dengan motor orang lain. Apalagi ini jalan raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oceané [END]
Genç Kurgu"Lo itu anak dari seorang pelacur! Anak dari jalang malam!" Hai. Namaku Oceané Yasodana, kerap dipanggil Cia. Aku hanya gadis biasa, yang mempunyai kehidupan yang biasa juga. Mama ku adalah seorang Jalang. Emang kenapa sih kalo orangtua ku kupu-ku...