Pupus

9.8K 828 17
                                    

Halo semuanya, aku minta vote dan komen dari kalian ya. Sebagai dukungan untuk cerita ini 🥺
Terimakasih dan happy reading.

💧💧💧

Track List Oceané :
Lobow - Salah

Tap. Tap. Tap

Aku, Ayah, Bunda dan Kafeel berlari sepanjang koridor rumah sakit yang lumayan sepi. Raut panik jelas tercetak diwajah kami satu persatu, didalam hati turut mendoakan agar tidak terjadi apa-apa.

Tadi, sebelum makan malam, Bunda menerima telfon dari nomornya kak Raga, dikira memang anaknya, Bunda langsung ngeyel kenapa anak sulungnya itu belum juga pulang ke rumah. Namun, ternyata Bunda mendengar suara itu bukanlah suara kak Raga, melainkan suara orang lain yang lumayan berat.

Orang itu mengakui dirinya adalah salah seorang penjaga toko, tempat tragedi terjadi. Orang itu menceritakan bahwa si pemilik ponsel mengalami kecelakaan di depan tokonya. Kecelakaan yang terjadi sebenarnya tidak parah, tapi tidak bisa juga dikatakan hanya 'sekedar jatuh'.

Orang itu juga mengatakan, korban dari kecelakaan itu adalah cewek dan cowok, yang saat ini mereka langsung dilarikan ke rumah sakit, karena kedua korban terserempet di bawah motor dengan kepala yang membentur jalanan. Penyebab terjadinya kecelakaan ini menurut saksi yang ada adalah jalanan yang licin, namun kembali lagi ke kasus kriminal, kejadian ini tidak bisa hanya diterima dari pengakuan saksi saja, melainkan harus di kulik lebih dalam.

Jantungku berdebar dengan keras, aku panik dan juga takut, jangan sampai terjadi apa-apa kepada kak Raga dan juga Celine. Walaupun tadi aku sempat cekcok dengan pacar kak Raga itu, tapi jujur, aku pun juga tidak ingin ia kenapa-napa. Apalagi ketika mendengar kedua korban terjatuh dan membentur trotoar jalanan yang keras.

"Dok? Didalam anak saya, gimana keadaannya?" tanya Bunda dengan panik, saat kami semua sudah berada didepan ruangan yang ditunjuk resepsionis didepan tadi.

"Keduanya tidak apa-apa, hanya saja bagian dahi dan tangan perlu diobati karena luka yang lumayan terbuka lebar, jadi kami dari pihak dokter sudah menjahitnya tadi. Untuk kedua pasien, kami pindahkan ke satu ruangan yang sama, dan biarkan pasien istirahat maksimal dulu malam ini." jelas panjang lebar oleh dokter laki-laki itu.

"Alhamdulillah, berarti aman-aman kan aja kan dok?"

"Aman bu, tenang saja. Untuk urusan biaya administrasi bisa langsung ke bagian depan. Saya permisi pak, bu."

Setelah sang dokter berlalu, Bunda dan Ayah langsung masuk kedalam ruangan berbau antiseptik itu, begitupun denganku dan Kafeel, ikut masuk mengekori Bunda masuk kedalam.

"Bun..." Suara panggilan dari anak sulung Bunda, yang sedang tertidur di atas brankar. Dengan perban yang terlihat di sisi kanan kepalanya.

"Leo? Gimana nak? Ada yang sakit sayang?" Bunda langsung menyentuh rambut anaknya.

Kak Raga tersenyum membalas dengan gelengan pelan. Aku tersentak kala bola mataku bertemu secara tiba-tiba dengan bola mata kak Raga, dengan gugup aku membalasnya dengan senyuman kecil.

"Cepet sembuh kak Raga, kedepannya hati-hati bawa motor." Entahlah, otakku nge-blank lagi, daripada awkward saling tatapan gitu, mending aku ceramahin.

Oceané [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang