Break Up

10.8K 938 46
                                    

Halo semuanya, aku mau update, sejauh ini pembaca Oceané masih dikit banget :")

Masih 2k otw 3k an. Tapi its okey, yang penting jangan lupa vote dan komennya ya. Dengan itu, berarti kalian menghargai karya ini 😊

Soalnya di Kalaya dulu juga gitu sih, awalnya dikit banget, tiap hari cuma naik seribu pembaca doang, taunya belum nyampe sebulan udah 100k pembaca, trs baru deh naik 13k atau lebih tiap harinya, padahal aku mulai semuanya dari nol 🥺

Dan bentar lagi Kalaya 200k pembaca, Alhamdulillah. Makasih ya semuanya, happy reading ❤️

💧💧💧

Track List Oceané :
Rosé - Gone

Ting!!!

Sebuah pesan masuk dari grup angkatan, membuatku mengalihkan pandangan dari buku catatan, —yang harus ku lengkapi.

Aku membuka dan membaca sekilas grup angkatan yang hanya berisikan info ujian, jual beli online siswa yang berdagang, atau kadang pesan berantai tidak jelas yang harus dikirimkan kepada 20 orangl, jika tidak nanti mandul.

Tapi diantara banyaknya pesan tidak jelas itu, ada sebuah pesan baru yang membuatku membulatkan mata dengan sempurna.

WHAT?!!

Gila! Pije dan Aletta harus liat!

Aku menutup buku catatan dan langsung berlari kearah kelas yang cukup jauh. Ku sesali ketika jam istirahat tadi, aku menolak mereka yang ingin ke kantin, dengan sok pinternya aku malah memutuskan ke perpustakaan karena ingin mencatat.

"Anjir, mana kelas gue jauh banget di lantai 3 paling ujung!"

Aku terus berlari hingga ngos-ngosan. Itupun aku tidak tau apakah kedua sahabatku itu sudah berada di dalam kelas atau belum. Masalahnya kalo aku ke kantin lebih jauh lagi. Sialan! Capek banget!

Dugh...

Aku bertabrakan dengan seorang perempuan berambut panjang. Bukan aku yang menabrak, tapi dia nya saja yang tiba-tiba muncul dari arah kiri.

"Heh jalang! Berani nya lo nabrak gue?!"

"Sorry, tapi lo yang mendadak muncul." jawab ku kepada Aran yang dibantu berdiri oleh antek-anteknya.

"Apa?! Lo ga ngakui kesalahan lo ha?!" Sebelum tamparan itu mengenai kulit pipi ku, aku sudah menabraknya kembali seperti benteng, —hingga Aran dan para pembantunya itu jatuh.

Bodo amat lah sekarang! Gue juga buru-buru!

"WOI CIA!! ANJING LO YA!" teriakan Aran menggema di sepanjang koridor. Aku terus berlari menaiki tangga. Sumpah, demi apapun, naik tangga dalam keadaan ngos-ngosan itu 5x lebih capek, rasanya tulang kaki ku lemes dan sakit.

Aku membuka pintu kelas yang tertutup. Nihil. Yang ada hanyalah anak-anak yang tidak ke kantin, biasanya anak-anak alim yang suka puasa sunnah senin dan kamis.

"Duh, Pije ama Aletta lama banget lagi kesini." gumam ku sembari menggigit jari dengan kesal.

10 menit aku menunggu, mereka belum juga pada datang. Padahal anak kelas ku sudah banyak yang pada kembali ke kelas. Karena tidak sabar lagi, aku berlari kearah kantin, lagi.

Oceané [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang