Hai. Pada sehat kan semuanya?
Jaga kesehatan ya 💙
💧💧💧
Track List Oceané :
Chrisye - Andai Aku Bisa
"Ciaa!"
"Ciaa!"
"Ciaa hei! Lo kenapa ha?"
Aku tersentak karena panggilan Aletta yang samar-samar dan semakin jelas terdengar di telingaku.
"Kenapa Al?" tanya ku kepada Aletta yang ikutan duduk.
"Harusnya gue yang nanya sama lo. Lo kenapa? Gue manggil lo dari ujung sana sampai sedeket ini, tapi lo ga nyahut Cia."
Aku mengernyitkan dahi dengan heran, "Ha? Ooh, sorry Al, gue melamun."
Aletta memegang tanganku dengan lembut, "Melamun kenapa? Cerita sama gue kalo ada sesuatu yang buat lo ga enak."
Aku memandangi tangan Aletta yang putih bersih, lalu ku genggam erat, "Gapapa. Bukan masalah juga kok, gue hanya kepikiran doang Al."
"Ar u kidding me? Gue udah kenal lo dari sejak pertama kali masuk sekolah Cia. Lo kalo ada masalah pasti selalu ngadu sama gue, inget kan gimana lo nangis banget pas nyeritain nyokap lo waktu itu?" Aletta mengingatkan ku kepada luka lama, sebuah kejujuran yang ku ungkap kepada Aletta mengenai pekerjaan Mama.
Aku tersenyum hangat kepada teman yang selalu menjadi pendengar yang baik bagiku, "Al, gue okey. Ada kalanya nanti gue cerita sama lo dan Pije ya? Nanti. Bukan sekarang."
Dan Aletta memahami, wanita ini memang selalu baik hati, "Iya, cerita aja saat lo butuh gue okey? Minta bantuan gue dan Pije kalo kesusahan menghadapinya."
Aku memeluk Aletta dengan erat. Begitupun Aletta, ia tidak kalah erat membalas pelukanku. Pelukan hangat yang aku yakini, kak Jordan sangat beruntung mendapatkan wanita cantik nan lembut ini.
"Masuk yuk. Disini dingin, udah seharusnya kita istirahat." ajak Aletta kepadaku.
Aku pun mengangguk dan meraih tangan sahabatku yang kosong, meninggalkan balkon hotel, tempat ku melamun memikirkan kata-kata yang diucapkan oleh kak Raga tadi saat di clubbing.
Is that all true? Kira-kira yang dikatakan kak Raga benar tidak ya?
Aku kembali ke kamar yang saat ini sudah sangat berantakan. Perjanjian awalnya adalah 2 kamar connecting room, satu buat para cowok, dan satunya lagi buat kita bertiga yang cewek.
Tapi tau bagaimana sekarang? Akhirnya di bagi 2 juga. Sialan!
Aku mau menyalahkan mereka pun juga tidak bisa. Masalahnya, mereka saat ini sudah tepar karena mabuk dan tidur tidak beraturan. Lets see kamar pertama.
Di kamar ini, kak Gava sudah tidur dengan mulut menganga dan kedua tangannya yang keatas. Entah sejak kapan ia membuka bajunya, yang pasti kak Gava saat ini hanya memakai singlet putih, sehingga bulu keteknya terlihat sempurna.
Disebelahnya, kak Kenzie tidur memeluk tubuh kak Gava, sepertinya si kiwil itu perlu bantal guling sendiri. Semoga saja kak Kenzie tidak salah pegang. Masalahnya, ia memeluk kak Gava di bagian pinggang ke bawah. Kalo seandainya kepegang, hancur sudah masa depan si toa itu dilecehkan oleh sahabatnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oceané [END]
Teen Fiction"Lo itu anak dari seorang pelacur! Anak dari jalang malam!" Hai. Namaku Oceané Yasodana, kerap dipanggil Cia. Aku hanya gadis biasa, yang mempunyai kehidupan yang biasa juga. Mama ku adalah seorang Jalang. Emang kenapa sih kalo orangtua ku kupu-ku...