Aku Pembunuh

11.1K 907 32
                                    

Halo semuanya, aku minta vote dan komen dari kalian ya. Sebagai dukungan untuk cerita ini 🥺
Terimakasih dan happy reading.

Selamat berbuka! Berbukalah dengan yang manis-manis! Sengaja aku up malem supaya tidak terbawa emosi, hehe.

Gas baca!!

💧💧💧

Track List Oceané :
Virzha - Tentang Rindu

Aku duduk di bangku halte yang cukup panjang, menunggu angkot yang belum kunjung datang pagi ini. Sesekali aku melihat jam di ponselku, sepertinya tidak masalah, jam masih terlalu pagi untuk bel berbunyi.

Aku mengambil earphone dan mencantolkannya di kedua telingaku, menikmati musik dari salah satu penyanyi gondrong asal Indonesia, yang berjudul tentang rindu.

Aku tersenyum dan menutup mata, menikmati setiap lirik yang melantun indah di kedua telingaku.

Ku hanya diam
Menggenggam menahan
Segala kerinduan
Memanggil namamu
Di setiap malam
Ingin engkau datang
Dan hadir di mimpiku
Rindu~

Didalam pejaman mata, aku bisa merasakan gumpalan air mata yang ingin keluar. Ku tarik nafas dalam-dalam, agar emosiku tidak terbawa. Pagi ini, harus diawali dengan baik, agar seharian berjalan sesuai dengan rencana.

Titt...Titt..

Aku membuka mata, dan melihat angkot berwarna biru mendekat. Dengan langkah santai, aku masuk kedalam angkot. Not bad lah buat pagi ini, didalam angkot hanya beberapa orang saja. Tidak seperti hari Senin, sekarung sayur pun ikutan masuk kedalam angkot.

Aku sampai di sekolah, tapi kenapa aku harus melihat pemandangan tidak enak? Aku melihat kak Raga berboncengan dengan Celine. Dan jujur, ini sangat merusak suasana hatiku. Padahal aku sudah memutuskan untuk tetap menjaga mood dari pagi.

Dengan sok cuek, aku berjalan melewati dua orang itu. Bukannya mereka ingin putus? Lihat sekarang, masih adem ayem tuh. Mau aja kak Raga sama cewek kegatelan kayak Celine!

Sorry, kalo mulut gue kasar, but I do tell u the truth. Aku benar-benar tidak suka dengan sifat Celine, padahal aku sendiri juga tidak dekat dengan itu orang.

"Nyali lo gede juga ya? Tebel amat sih muka lo Cia?"

Aku terhenti kala suara Celine menginterupsi namaku. Dengan tatapan yang tajam, aku berbalik dan melihat mereka berdua.

"Kenapa lo? Gue ga ada urusan samo lo." ucapku kepada Celine yang masih memegang helm milik kak Raga. Cih! Bahkan helm itu bekas gue dulunya!

"Ha? Ga ada urusan? Justru gue yang seharusnya nanya! Malu lo kemana ha?"

Aku menatap Celine dengan heran, ooh bukan, melainkan tatapan jijik dan aneh. "Lo ngomong apaan si Cel? Lo belum sarapan ya? Makanya error pagi-pagi."

"Apa?! Mulut lo peng—"

"Udah Cel, biarin aja. Yuk kelas." Itu suara kak Raga. Ia memberhentikan Celine yang sepertinya ingin menampar mulutku. Kak Raga menatapku dengan tatapan yang tidak seperti biasanya. Bukan tatapan jijik sih. Tapi bukan juga tatapan marah. Lebih ke tatapan muak.

Aku melihat kepergian mereka berdua. Aku berusaha terlihat biasa walaupun hatiku saat ini bergemuruh tidak jelas. "Sabar Cia, dia itu ular. Udah lupain aja."

Oceané [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang