Sebuah Batu

26 7 0
                                    

"Ris, lo tau kan maksud gue?" tanya Resya yang masih serius menatap jalanan di depannya.

"Minta maaf ke nyokap, gue paham," jawab Resya. Resya tengah berada di jalan menuju rumah Risa, hendak mengantar Risa pulang ke rumahnya. Resya berharap jika Risa bisa memperbaiki hubungannya dengan sosok yang selama ini ia panggil dengan sebutan 'Mama'. 

"Gue mau beli es krim, lo mau ikut?" tawar Resya. Baginya hari minggu ini adalah waktu yang tepat untuk melepas penat dengan membeli es krim di toko langganannya.

"Gak lo aja," tolak Risa dengan pelan. Kan singkat sekali, sudah biasa Resya seperti ini.

"Oke, karena lo gak mau ikut jadi gue belok kiri biar cepet sampe rumah lo." Resya membelokan stir mobilnya ke kiri, mempersingkat jalan agar lebih cepat sampai. Tak butuh waktu lama untuk sampai tujuan mereka, Risa langsung membuka pintu mobil Resya.

"Gue masuk ya, thanks kemarin karn-"

"Gak usah makasih Risa, masuk nyokap lo khawatir pasti," ujar Resya masih di dalam mobilnya.

"Lo mau mampir?"

"Gak Ris, kapan-kapan aja ya," tolak Resya dengan halus, agar sang pembicara tidak akan tersinggung dengan perkataannya. Risa masuk ke dalam rumahnya setelah memberikan isyarat ia akan meninggalkan Resya di luar. Resya pun juga mulai memutar balikan mobilnya, lantaran kawasan komplek yang Risa tinggali tidak ada tembusan jalan, alhasil mau tidak mau Resya harus memutar balik. Ia menikmati jalanan yang bising akan kendaraan saling bersaut-sautan. Resya mengarahkan mobilnya ke tempat yang sudah ia niatkan sejak awal 'Nat-Nat Ice Cream 🍦', cuacanya juga sangat bagus untuk memakan es krim, panas di siang hari.

"Kiri! Kiri! Neng kiri neng!" teriak tukang parkir di sana untuk membantu Resya memarkirkan mobilnya. Usai berhasil memarkirkan mobilnya, Resya turun dan langsung masuk ke dalam toko es krim favoritnya. Menghampiri meja kasir dan memesan sesuatu.
"Mas, bubble gum nya satu ya, sama waffle toping strawberry!"

Resya duduk di sebuah kursi, letaknya berada di pojok ruangan. Bentuk toko yang tembus pandang, menyebabkan Resya bisa menatap dengan jelas jalanan yang ada. Seuntas fikirannya tertuju pada sosok Abang yang sangat ia rindukan keberadaannya.

"Abang Rayen cepet balik ya, Syasa udah bisa nih manggil nama Bang Rayen yang bener, nanti kita makan es krim berdua lagi ya, Syasa kangen," lirih Resya menatap satu kursi kosong yang berada di depannya.

Drttt.. Drttt..
'Syasa? Nanti pulang tolong mampir ke supermarket ya, beli beberapa sayuran sama cemilan'

'Sayuran apa Bunda?'

'Bayam yaa, Ayah minta di masakin sayur bayam malam ini.'

'Ohh oke Bun'

Tuttt.. Tutt...
Sambungan telfon pun terputus. Telfon tadi berasal dari Bunda Raisya yang entah ada apa yang terjadi di dapur rumahnya sampai harus menelfon Resya untuk membeli sayur bayam.

"Ini kak pesanannya!" ucap seorang pelayan dengan ramah yang menyodorkan pesanan Resya tadi, membuat lamunan Resya buyar. Resya menarik pesanannya dengan pelan lalu menikmati es krim bubble gum miliknya. Namun pandangannya kini teralihkan dengan salah satu oknum yang berada di sebrang toko es krim ini. Di sebuah restoran makanan berat sepertinya, ada dua orang laki-laki yang saling bertukar argumen dengan suasana panas, itu terlihat sangat jelas.

Resya menghentikan aktifitas makannya, dan bergegas ke kasir untuk membayar pesanannya.
"Ini kak kembaliannya!" ucap penjaga kasir yang memberikan beberapa lembaran uang. Resya memasukan uang tersebut ke dalam dompetnya. Dengan langkah yang terburu-buru Resya masuk ke dalam mobilnya, menyodorkan beberapa lembar uang kepada tukang parkir di sana, dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan kencang. Satu tujuannya, mengejar salah satu kendaraan yang sejak tadi sudah menghilang terlebih dahulu.

Forever With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang