Resya membanting tubuhnya ke ranjang miliknya. Dengan posisi membelakangi langit-langit kamarnya, ia membuka laptop putihnya memutar musik sebagai penenang dikala sedang gundah.
Tangannya sudah beralih pada ponselnya. Sesekali ia membuka pesan-pesan lama yang telah ia kirimkan pada sahabat semasa kecilnya itu. Namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda kehidupan dalam room chat tersebut.
"Bohong lo Na, katanya lo bakal terus sama gue," omelnya pada ponsel di tangannya.
Resya menatap nanar ke arah ponselnya. "Udah berapa tahun gak ngabarin gue? Masa lo gak kangen sama gue sih Na?"
Resya membalikan tubuhnya menjadi menatap ke langit-langit kamarnya. "Harusnya sebelum pergi, lo jelasin dulu Na alesannya, kasih alamat kek. Jadi gue kan bisa ke sana nyusul lo, gak boleh ya gue sebagai sahabat lo kangen cerita sama lo?" monolognya.
Ia menutup matanya perlahan, tersenyum dengan miris. Iya, dia rindu sosok sahabatnya. Hasna Fransqiela, sahabat semasa kecilnya. Yang telah memutus komunikasi sejak kelas satu tahun lalu.
Deringan pada ponselnya membuat ia terlonjak kaget. Matanya terbuka mencari tahu dari siapa panggilan masuk. "Unknown number?"
Resya menggeser tombol hijau yang ada pada layar ponselnya. Mendekatkan ponsel miliknya pada indera pendengarannya.
'Halo? Ini siapa ya?'
'Sya'
'NANA!?'
Resya tak dapat lagi menahan suaranya yang kencang. Bahkan posisinya kini sudah bangkit dari ranjangnya.
'Na, ini lo? Beneran?'
'Sya, maaf baru ngabarin gue ganti nomor.'
'Na, lo kemana aja? Gue kangen ya sama lo, lo jahat banget sama gue Na. Lo buat gue nunggu selama itu.'
'Gue minta maaf.'
'Minta maaf minta maaf, gue marah ya. Pokok-'
'Sya, gue harus ngomong sesuatu.'
'Apa? Lo mau ngomong apa?'
'Kita ketemuan ya Sya, gue kebetulan udah seminggu ikut mama ke Jakarta.'
'Lo serius? Oke kita ketemuan, dimana?'
'Cafe dekat rumah gue ya, sekarang.'
'Oke, lo jangan main pergi kaya dulu lagi gue gak terima ya, tunggu gue siap siap dulu.'
Tanpa berlama-lama Resya langsung bersiap-siap. Sangat tidak diduga bahwa ia akan benar-benar menemui sosok sahabat semasa kecilnya itu. Berbulan-bulan ia menanti pertemuan ini dalam angannya yang kini akan menjadi kenyataan.
:')
"Nana!" teriak Resya yang langsung memeluk Hasna dengan erat. Seolah-olah ia tidak akan membiarkan Hasna pergi lagi.
Hasna memukul punggung Resya. "Engap Sya, gue gak bisa napas," protesnya.
Resya melepaskan pelukannya. "Maaf, kenapa lo baru balik si Na? Kenapa lo baru nemuin gue?" todong Resya dengan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini selalu muncul dalam benaknya.
"Lo tau? Gue kaya orang gila pas kirim lo pesan lewat nomor lama lo. Lo kenapa gak ngasih tau ganti nomor? Lo sengaja. Lo jahat Na sama gue." Resya masih terus menyerocos tak berjeda. Ia tidak terima dengan keputusan Hasna di masa lalu yang meninggalkannya tanpa penjelasan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You
Teen FictionBagi Resya Calista, perempuan yang selalu mementingkan segala sesuatu hal yang menyangkut persahabatannya dengan Hasna meyakinkan bahwa cinta itu rumit dan menyakitkan, lalu berujung pada kesedihan. Resya hanya berharap hidupnya tidak sulit seperti...