Masih di dalam masa liburan sekolah, malam ini Resya berada di kamar kesayangannya. Hanya berleha-leha seraya berkutik dengan ponselnya. Namun, aktivitasnya terganggu saat suara seseorang masuk ke dalam gendang telinganya.
"Assalammualaikum Bundaaaa," teriak seseorang dari depan rumah. Suaranya seperti tak asing bagi Resya. Meski Resya berada di kamarnya, namun suara melengking itu mampu menembus hingga ke kamarnya.
Raya! Tebak Resya, ia sudah hafal dengan pemilik suara melengking tersebut.
"Wa'alaikumussalam, Raya ada apa nih?" tanya Bunda Resya usai membuka gerbang pintu depan. Tampak di sana ada Raya, Rani, Rachel, dan Risa. Memang mereka satu paket, tak salah jika satu ikut maka semua juga ikut.
"Hehe, mau ngajak Syasa keluar Bunda, mau makan ke resto deket pantai, mumpung masih libur Bund," balas Raya tanpa beban. Raya mencium punggung tangan Bunda Raisya begitu pun yang lainnya. Berhadapan dengan Bunda Raisya yang baik tentu tidak membuat nyali Raya ciut bukan.
"Syasanya ada di kamar, masuk dulu aja yaa, Bunda bikinin minum." Raisya menggiring teman-teman Resya untuk masuk ke dalam rumah.
Resya yang peka terhadap teman-temannya langsung bergegas turun dari kamarnya. Yang ia pikirkan kenapa harus malam hari? Bukankah siang juga bisa?
"Syasaaaaa, omg gue kangen banget sama lo!" tanpa aba-aba Raya langsung memeluk Resya dengan erat. Sungguh Raya seperti seseorang yang sedang memeluk ibunya sendiri.
"Ray, gue gak bisa napas," ucap Resya. Memang benar, Raya terlalu erat memeluk Resya, sampai si pemilik badannya tak bisa bernafas.
"Oke sorry sorry."
Resya menghampiri ketiga temannya yang masih duduk di sofa, ia bingung, mengapa mereka berpenampilan rapi di malam hari, padahal jam sudah menunjukan pukul 19.15.
"Siap-siap mendingan deh lo! Gak pake lama!" usir Rani yang melihat Resya ingin bergabung bersama mereka di sofa.
"Dih, mau kemana lo? Kelayapan malem-malem," balas Resya.
"Mau keluar lah, makan cari angin, jangan Reyon doank lo cari!" sindir Rani dengan bangga menyunggingkan senyumnya.
"Ngeledek terus lo, cari sana jodoh lo!"
"Tadi Bunda udah izinin kamu Sya, mending kamu siap-siap, selagi mereka minum." Raisya tiba-tiba datang dari arah dapur membawa minuman untuk mereka.
"Tapi Syasa ga-" perkataannya terpotong oleh Raisya.
"Mumpung masih libur sayang,"
Resya mengalah, ia berjalan kembali ke atas mengganti pakaiannya. Entah ia juga belum tau sebenarnya akan di bawa kemana oleh teman-temannya yang sangat tidak tahu waktu sekali.
Tidak ambil pusing ia hanya mengenakan celana panjang dan kaos putih dibalut dengan sebuah jaket berukuran besar berwarna abu-abu.
"Aduh-aduh Syasa, lo memang cantik tiada tara." Raya melihat Resya yang mulai turun dari tangga.
Resya merespon dengan menggelengkan kepalanya, ia sudah lelah dengan sikap Raya, sepertinya Raya benar-benar sudah hilang akalnya.
"Bund, Syasa jalan dulu ya." Resya mencium punggung tangan Raisya, yang dibalas anggukan oleh Raisya. Begitu juga dengan yang lain, berpamitan dengan Raisya.
Mereka duduk dalam satu mobil, mobil yang mengantar mereka adalah milik Rani. Mohon dimengerti jika Resya terlalu malas untuk menyetir mobil di malam hari.
Jalanan terlihat cukup longgar, jadi mereka tak perlu bermacet-macetan seperti biasanya, mungkin karena efek libur panjang orang-orang yang memiliki kampung halaman memilih untuk mudik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You
Teen FictionBagi Resya Calista, perempuan yang selalu mementingkan segala sesuatu hal yang menyangkut persahabatannya dengan Hasna meyakinkan bahwa cinta itu rumit dan menyakitkan, lalu berujung pada kesedihan. Resya hanya berharap hidupnya tidak sulit seperti...