Kesempatan

62 8 0
                                    

"Syasa jalan ya Bund," pamit Resya. Planning ia pagi hari ini adalah jogging, walaupun sendirian saja. Ia hanya memutari sekitaran komplek atau kalau masih sanggup ia akan memutar ke komplek sebelah.

"Woah! Sejuk banget!" ucapnya dengan bahagia. Resya hanya memakai celana training selutut dengan kaos dan jaket untuk olahraga handuk kecilnya ia taruh di bagian kantong celana sebelah kiri.

Resya mulai berlari-lari kecil, sepertinya ia sangat menikmati hari liburnya. Karena sama dengan sekolah-sekolah lain saat kenaikan kelas tiba akan ada libur selama kurang lebih 2 minggu. Acara kemah SMA Cendrawasih di adakan usai ujian kenaikan kelas.

"Jadi kangen Bang Rayen, kalo ada pasti ajak jogging bareng," lirih Resya, namun tenang saja Resya tidak sedih, ia hanya merindukan sosok Abangnya saja.

"Nanti pas balik pasti langsung ngehalalin Kak Dinda." sedari tadi Resya hanya berbicara sendirian tanpa ada yang menggubris perkataannya.

"Sabar-sabar deh buat Kak Dinda, takut gak kuat, kalo gak kuat lambaikan tangan aja ke kamera." Resya terkekeh geli dengan perkataannya barusan. Resya tidak gila, ia masih waras, pasti kalian jika sedang sendiri suka seperti itu bukan.

Resya memutari komplek perumahannya, terkadang ia berpas-pas an dengan beberapa penghuni kompleknya yang sedang jogging juga seperti dirinya. Resya memilih untuk beristirahat di taman komplek perumahannya.

Dugh! 
Bocah laki-laki tiba-tiba terjatuh tepat di depan Resya, umurnya masih kecil mungkin sekitar 5 tahunan. Resya sedikit terkejut dengan kejadian itu, namun ia langsung membantu bocah tadi.

"Kamu gak kenapa-kenapa?" tanya Resya sembari membersihkan dengkul bocah tadi dengan tangannya.

"Gak apa apa Kak," jawabnya.

"Tapi siku kamu berdarah, itu diobatin yaa, kita beli plester dulu di depan warung komplek." siku bocah tadi terluka akibat terbentur kursi taman yang ada di depan Resya. Resya menarik tangan bocah tadi dengan pelan. Si bocah hanya mengikuti saja tanpa membantah.

Mereka berdua berjalan sampai depan komplek, untung saja warung di depan komplek Resya buka, kalau tutup mau tidak mau pasti ia harus ke supermarket yang jaraknya lumayan jauh dari kompleknya.

"Mas, ada hansaplast sama obat merah gak?" tanya Resya dengan penjaga warung di sana.

"Ada mbak, mau berapa?"

"hansaplastnya 3, obat merahnya 1 aja ya mas."Penjaga warung tadi langsung mengambil beberapa hansaplast lalu memberikannya ke Resya.
"Jadi berapa mas?sama air mineralnya 2?" Resya memastikan.

"Jadi 16 ribu ya mbak," jawab penjaga warung. Resya merogoh dalam kantong celananya untuk mendapatkan pundi-pundi uang yang ia selipkan tadi pagi. Usai membayar semuanya, Resya mengajak bocah laki-laki tadi untuk duduk di bangku dekat warung.

"Rumah kamu dimana?" Resya menarik tangan bocah tadi lalu membersihkan lukanya dengan air mineral terlebih dahulu.

"Di sana,"

"Ini kamu aus kan pasti?" Resya memberikan air mineral yang masih utuh ke bocah yang ada di depannya saat ini. Bocah tadi juga langsung mengambil air mineral tersebut.

"Ibu kamu di rumah?" Resya mulai meneteskan obat merah di siku sebelah kiri bocah tadi.

"Iy-aduh." bocah tadi meringis dengan pelan, Resya jelas mendengarnya, ia hanya tersenyum simpul.

"Tahan ya, kamu kelas berapa?" tahap akhir, Resya menempelkan sebuah hansaplast ke siku bocah tadi. Meskipun sebenarnya bukan Resya yang menyebabkan bocah tadi tersungkur, namun Resya tidak bisa membiarkan seorang bocah kecil terluka dan tak diobati.

Forever With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang