Dua Rasa

15 6 0
                                    

"Diberitahukan untuk seluruh siswa dan siswi SMA Cendrawasih untuk bergegas ke lapangan menjalankan upacara di hari Senin, sekali lagi-" speaker yang ada pada setiap kelas berbunyi. Suara itu berasal dari salah satu guru kesiswaan di SMA Cendrawasih.

Resya merogoh ranselnya mencari topi berwarna abu-abu di sana yang memiliki logo Tut Wuri Handayani.

"Ayo ke lapangan, keburu pak Kiming ngamuk." ajak Raya yang langsung merangkul leher Risa.

Risa melepas rangkulan Raya. "Gausah dirangkul."

"Kasian dah, Risa gak mau lo rangkul," ejek Rani.

Raya langsung memukul-mukul tubuh Rani berkali-kali. "BIADAB LO!"

Resya hanya memperhatikan perdebatan mereka di pagi hari ini, tangannya beralih menarik Rachel keluar dari sana. Cuma Rachel lah yang otaknya masih bekerja dengan baik saat ini.

"Sya kita jadi ulangan gak sih nanti?" tanya Rachel saat mereka berdua berjalan di koridor.

"Jadi mungkin, kita liat aja nanti Pak Yatno nya," jawab Resya singkat.

Saat mereka tengah berjalan, suara berat milik seseorang memanggil nama Rachel. "Chel?"

Baik Resya atau pun Rachel menolehkan kepalanya ke arah belakang. Sebentar, Resya ingin menanyakan ada apa Farel? Farel kelas 12 MIPA 2 memanggil Rachel sepagi ini?

Farel menghampiri Rachel dengan cepat. "Mau ke lapangan kan? Bareng sama aku."

Rachel yang diajak bicara memanggutkan kepalanya. "Iya sama Syasa ya."

Kini mereka bertiga berjalan sejajar, dengan posisi Rachel ditengah. Demi Tuhan, Resya masih bingung sebenarnya ada apa antara Rachel dan Farel. Kadang ia mendengar pertukaran dialog antara Rachel dan Farel, dengan menggunakan panggilan aku-kamu. Ia menghentikan langkahnya. "Chel, duluan aja gue ada urusan."

Rachel memperhatikan Resya, lalu mengangkat tangannya berbentuk simbol oke pada Resya.

Sembari terus berpikir ia juga terus berjalan. Sampai suara yang tidak asing terdengar di telinganya. "Jalannya buruan," ujar Reyon yang sudah berada di samping Resya.

Resya terlonjak kaget, dasar tidak tahu diri sekali Reyon. "Masih pagi ya Rey, jangan buat masalah," ancamnya.

Sedangkan Reyon hanya tertawa pelan mendengar ancaman Resya.

Resya memperhatikan dasi abu-abu Reyon yang tak ia kenakan dengan benar, masa iya hanya dikalungkan saja. Ia menepuk jidatnya. "Pake dasi yang bener donk," sindirnya.

Reyon menatap dasinya yang ia kalungkan pada kerah bajunya. "Lupa cara make dasi," balasnya enteng.

"Mentang-mentang udah jadi kakak kelas, siniin dasinya." pinta Resya yang membuka telapak tangannya.

Reyon langsung memberikan dasinya pada Resya. Resya beralih mengalungkan dasi milik Reyon pada lehernya, membentuknya sedemikian rupa.

Beberapa adik kelas yang lewat suka mencuri-curi pandang ke arah mereka. Sudah pasti akan menjadi gosip terbaru lagi, padahal hanya karena dasi saja.

"Nih, masukin ke kepala, tarik nanti." Resya menyodorkan dasi abu-abu yang sudah berbentuk pada Reyon.

Reyon meraihnya, lalu langsung melakukan hal yang Resya ucapkan tadi.

"Itu kurang ditarik," protes Resya gemas. Ia melihat jika dasi yang Reyon pakai masih kendur.

"Kencengin," balas Reyon.

Resya dengan cepat membetulkannya, bahkan tarikannya pada dasi Reyon sudah sangat kencang, sampai-sampai membuat Reyon sedikit tercekik. Resya yang puas hanya tertawa. "Makan nih dasi, modar deh lo sana." tanpa menunggu Reyon ia berlari kencang ke arah lapangan menyusul barisan kelasnya di sana.

Forever With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang