Kemah

84 11 5
                                    

Tak terasa setelah banyak peristiwa yang telah Resya lalui, mulai dari sedih bahkan berujung bahagia, namun harus diingat jika kehidupan tidak akan selalu berjalan mulus. Semua hal yang ada dihidupnya ia jalani semestinya, tanpa melihat atau menebak apa saja yang akan terjadi hari esok. Karena hidup tidak selalu berkalut dengan sebuah teka-teki, namun hidup lebih kepada dimana kita harus menjalaninya dengan penuh rasa siap untuk menerima apa saja yang akan terjadi nanti. 

"Bentar-bentar Syasa mana?"Rani bingung ia merasakan ada yang kurang.

"Lah iya?kemana tu si curut?"tanya Raya.

"Kan goblok lo, lo yang curut malah ngatain die curut, orang gila mah bebas."balas Rani.

"Sirik aja lo tenyom, urusin dulu sono si Rafael kesayangan lo!"nada Raya meninggi.

"Ihhh bacot amat ya lo pada."Risa yang tiba-tiba ikut campur.

"Eh? Udah telat ya?" entah dari mana datangnya, Resya tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

"Nahkan ni si tuan putrinya dateng." Rachel berkomentar.

"Permisi wanita cantik-cantik, dikit lagi bus mau jalan, jadi silahkan masuk." panitia kemah memberikan informasi.

"Tuhh ayok masuk."

"Sya, lo butuh bantuan gak?" sepertinya Raya sedang membuka jasa bantuannya.

"Gak usah, satu tas doank pake di bantuin," ucap Resya, yang tengah menuju bagasi bus untuk meletakkan tas kemahnya yang berwarna abu-abu.

"Hilih, simbing imit li jidi iring," balas Raya, ia langsung masuk ke dalam bus.

Bus sudah ramai dimasuki para siswa, Resya sedang mencari kursi kosong, tersisa jika kursi kosong tepat berada di sebelah Raya.

"Hai Syasa, karena lo menjadi teman duduk bus gue, jadi kita akan menghabiskan waktu bersam-"

"Berisik lo Ray, mengganggu ketenangan warga aja," protes Rani yang posisinya berada di belakang Raya.

"Sirik lo dedemit!"

"Diem atau gue gampar lo berdua!" amuk Risa yang di akhiri dengan Rani dan Raya berdiam diri menahan mulut mereka masing-masing. Risa duduk bersama Gabriel yang ada di depan Raya.

"Mending makan permen nih." Resya menyodorkan permen mentos berbungkus ungu ke Raya.

"Diri, gue mau duduk di sini!" ucap lelaki yang tiba-tiba datang memecah ketenangan hidup seorang Raya.

"Ngapain lo di sini? Gak ada!" bantah Raya.

"Kursi sebelah masih ada." tunjuk laki-laki tadi.

"Yang ada juga lo aja sana, jauh sebelum lo dilahirkan, gue udah ngebooking duluan di sini!" kumat sudah penyakit suara melengking milik Raya. Resya yang menjadi teman duduknya hanya memijit pelipisnya dengan pelan, benar-benar tidak bisa membuatnya tenang sedikit pun.

"Lo yang di sana," balas laki-laki tadi.

"Reyon, lagi lo ngapain si ngebet banget duduk di sini, Syasa punya gue titik." Raya masih mempertahankan posisinya.

"Lo-" baru saja Reyon ingin membalasnya lagi namun Resya lebih dulu berdiri mendorong tubuh Reyon.

"Duduk sana aja Rey, gue mau duduk sama Raya," ucap Resya. Reyon pun langsung menuruti kata Resya tadi, memang ya masa iya jika di suruh Resya saja bergerak cepat pastinya.

Keributan yang dibuat oleh Reyon dan Raya berhasil membuat Ken terusik. Ia menghampiri kursi belakang, tepatnya di antara kursi Raya. Pandangannya terpaku di sebrang kursi tersebut, terdapat Reyon yang tengah duduk santai.

Forever With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang