Hari terakhir bagi SMA Cendrawasih untuk mengadakan sebuah acara. Ken baru saja memarkirkan mobilnya, lalu bergegas keluar.
"Gimana bro pdkt-an sama Resya nya lancar?" tanya Gabriel yang tiba-tiba muncul lalu merangkulkan bahu Ken.
"PDKT? Ngaco!" jawab Ken singkat.
"Tau anjing gajelas lo Gab! Orang Ken gak pdkt, cuma deket doank, gak niat di jadiin pacar yekan?" Vino meyakinkan, entah sejak kapan Vino sudah berada di dekat Gabriel. Ken yang mendengar perkataan Vino langsung memukul kepalanya.
Pletak!
"Punya mulut di jaga!" ucap Ken lalu meninggalkan Gabriel dan Vino. 'Tidak ada yang waras di sekolah ini' satu kalimat untuk murid SMA Cendrawasih, bahkan teman seorang Ketua Osis saja sudah gila bukan.Ken masuk ke kelas dan duduk di bangkunya, disusul oleh Gabriel serta Vino.
"Kemaren lo ngasih apaan ke Resya, Ken?" tanya Vino yang penasaran.
"Dih lo gak tau itu apaan? Gambar mukanye Resya tolol!" Gabriel menyambar tiba-tiba seperti tak punya malu.
"Kecilin suara lo! Gendang telinga gue pecah sat!" Vino protes.
"Gue gak peduli anjing!"
"Gue aduin Risa ntar selow!"
"Badjingan! Temen anjing!"
"Kalian pada gak bisa diem apa sihh!? Masih pagi udah pada ribut aja! Berisik woe pusing pala gue!" teriak wanita yang merupakan teman sekelas mereka.
"Lo juga Ken! Ini temen-temen lo omelin kek!" protes wanita tersebut sekali lagi."Biarin aja, nanti juga diem kalo udah cape." balas Ken dengan posisi yang masih memainkan ponselnya. Gabriel dan Vino masih saja berbedat mengadu mulut mereka masing-masing, Ken yang sudah muak langsung keluar untuk menuju ke kelas 11 MIPA-2, ya kelas Resya berada di sana. Tanpa di sengaja Ken menangkap sosok Resya yang tengah berjalan di koridor menuju kelasnya.
"Baru dateng?" tanya Ken. Resya yang mendengar suara Ken langsung menoleh ke belakang.
"Iya, tadi agak telat." jawab Resya. Lalu Ken mengsejajarkan langkahnya dengan Resya. Berniat untuk mengantar Resya ke kelasnya, padahal kelas Resya tinggal beberapa langkah lagi.
"Gue taroh tas dulu ya Ken." Resya meninggalkan Ken di luar, menaruh tas nya di bangku, lalu bergegas kembali ke luar.
"Ken? Makasih ya, gambar lo bagus banget, gue suka." Resya membuka topik pembicaraan mereka."Bagus deh lo suka." balas Ken.
"Gue pasti bakal simpen Ken, gue bakal simpen baik-baik!" ucap Resya, Ken menatap serius ke arah Resya lalu mengacak-acak rambut Resya dengan pelan. Hancur sudah benteng perasaan Resya. Meleleh bagaikan coklat yang di panaskan, mekar bagaikan bunga mawar yang indah. Ah-sungguh Resya ingin terbang ke angkasa bersama burung-burung, ia ingin menceritakan semua perasaannya pada langit, berbagi kisah pada awan.
"Iya gue percaya lo bakal jaga baik-baik." balas Ken lalu menyunggingkan senyum manisnya. Mulut Resya bungkam matanya tidak berkedip mencoba menelaah pertanyaan yang muncul di dalam fikirannya 'bagaimana bisa sosok Ken mempunyai senyum semanis itu?' ia tidak sadar jika sedari tadi pipinya sudah merah merona.
"Sya? Lo gak kenapa-kenapa? Pipi lo kenapa merah?" tanya Ken yang masih menatap lekat Resya namun senyum manisnya memudar.
"Eh- gak.. anu.. ga itu Ken.."
"Kenapa? Lo sakit? Mau gue anter ke UKS?" tanya Ken sekali lagi yang terlihat khawatir.
"Eh gausah Ken, Gu-gue gapapa."
"Tapi itu pipi lo me-" belum sempat Ken melanjutkan kalimat nya, ada suara yang menghampiri mereka berdua.
"Resyaa?" panggil Icca, lalu berlari kecil menghampiri Resya.
"Mau langsung ke aula gak?" tanya Icca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You
Genç KurguBagi Resya Calista, perempuan yang selalu mementingkan segala sesuatu hal yang menyangkut persahabatannya dengan Hasna meyakinkan bahwa cinta itu rumit dan menyakitkan, lalu berujung pada kesedihan. Resya hanya berharap hidupnya tidak sulit seperti...