Epilog

21 5 0
                                    

1 Tahun kemudian

Seperti biasa, matahari yang bertugas menyinari bumi ini tengah berada di atas langit sana. Pancarannya sangat menyilaukan. Bahkan, panasnya juga bisa terasa.

Sudah satu tahun lamanya, sejak hari kelulusan di SMA Cendrawasih, semua siswa atau pun siswi di sana telah kembali menempuh jejak baru di kampus-kampus pilihan mereka. Termasuk Resya sekarang, ia bisa bernapas lega saat tahu jika ia berhasil masuk ke kampus yang ia impikan. 

"Udah selesai?" tanya Ken yang menghampiri Resya.

Resya yang awalnya sibuk memeluk bukunya seraya fokus pada jalannya, langsung menolehkan kepalanya. "Udah, kita langsung jalan aja ya?" jawabnya seraya bertanya.

Ken memanggutkan kepalanya. Perlahan, tangannya beralih menggenggam tangan Resya yang menggantung di sisinya. Ia tersenyum memandang Resya yang masih melihat ke arahnya. "Kamu suka jalan duluan, padahal aku udah bilang beriringan," ujarnya.

Panggilan mereka telah berganti saat hubungan mereka sudah jelas akan ke arah mana.

Resya tersenyum. "Iya maaf, aku lupa," balasnya.

Mereka berdua berjalan ke arah mobil Ken yang terparkir di parkiran kampus mereka. Siapa sangka bahwa mereka kembali menjadi teman satu angkatan, tapi dengan status spesial. Takdir memang benar-benar indah jika ditunggu sesuai dengan waktunya.

Setelahnya mereka langsung masuk ke dalam mobil Ken. Mobil Ken melaju dengan kecepatan sedang, Resya menikmati setiap waktu bersama Ken. Begitu juga Ken yang selalu menghargai setiap waktu bersama Resya.

Hari ini, ah tidak lebih tepatnya dalam beberapa jam nanti Resya dengan keempat sahabat karibnya itu akan mengadakan perkumpulan di salah satu cafe. Niatnya hanya untuk bertemu sapa melepas kerinduan satu sama lain.

Ken membelokan mobilnya saat cafe yang ditetapkan sebagai tempat perkumpulan sudah berada di depan mobilnya. Setelah berhasil memarkirkannya di sana, Ken dan Resya bergegas turun. Baru saja mereka mendorong pintu cafe yang tembus pandang itu, suara ricuh sudah menyambut mereka.

"NAH INI DIA PENGANTENNYA DITUNGGU-TUNGGU." silahkan ditebak sendiri siapa pemilik suara tinggi yang ini.

"Heboh banget lo, kaya abis dapet emas sekoper!" sarkas Rani pada Raya. Raya tak acuh, ia malah semakin tersenyum lebar yang ia persembahkan untuk Resya. Bahkan, tangannya kini sudah direntangkan lebar meminta Resya untuk memeluknya.

Tapi, sayang Rachel malah lebih dulu memeluk Resya. Rachel, si teman sebangkunya. "Syasaaa, kangen banget. Tambah cantik deh," ucapnya tulus.

Raya mendorong bahu Rachel tak terima. "Bangke lo! Halal banget buat ditampol, lo sikat deh Ran."

Rani hanya menyilangkan kedua tangannya membentuk huruf X sebagai pertanda ia tidak mau.

Rachel mengelus-elus bahunya yang didorong Rani. "Ray, gue salah apa ya Allah, lo jahat banget," protesnya sedikit menyedihkan.

Ken menarik salah satu kursi kosong, mempersilahkan Resya untuk duduk. Pasalnya sedari tadi Resya masih dalam posisi berdiri. "Duduk, Sya. Capek nanti kalo diri mulu," ujarnya pelan yang dibalas anggukan serta senyuman dari Resya.

"Bukan main, bucinnya semakin di depan!" celetuk Gabriel yang baru saja datang bersama dengan Risa.

"Gue dari tadi masih mantau Gab, bucinnya akut banget nih temen lo!" sindir Vino yang berada di salah satu kursi, tepatnya bersebelahan dengan Rani.

Risa dan Gabriel menyusul mereka yang sudah duduk pada kursi mereka. Semua memang teman satu angkatan, hanya saja hari ini kedatangan tamu spesial dari angkatan atas. Siapa lagi kalau bukan Rendi, lelaki yang masih menjalin hubungan dengan Raya.

Forever With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang